BAB
I
PENDAHULUAN
Bakteri (dari kata Latin
bacterium; jamak: bacteria) adalah kelompok organisme
yang tidak memiliki membran inti sel. Organisme ini termasuk ke dalam domain prokariota
dan berukuran sangat kecil (mikroskopik), serta memiliki peran besar dalam
kehidupan di bumi.
Beberapa kelompok bakteri dikenal sebagai agen penyebab infeksi dan penyakit,
sedangkan kelompok lainnya dapat memberikan manfaat dibidang pangan, pengobatan, dan industri.
Struktur sel bakteri relatif sederhana: tanpa nukleus/inti sel,
kerangka
sel, dan organel-organel
lain seperti mitokondria dan kloroplas.
Hal inilah yang menjadi dasar perbedaan antara sel prokariot
dengan sel eukariot
yang lebih kompleks.
Bakteri dapat ditemukan
di hampir semua tempat: di tanah, air,
udara, dalam simbiosis
dengan organisme lain maupun sebagai agen parasit (patogen), bahkan
dalam tubuh manusia. Pada umumnya, bakteri berukuran 0,5-5 μm, tetapi ada
bakteri tertentu yang dapat berdiameter hingga 700 μm, yaitu Thiomargarita.
Mereka umumnya memiliki dinding sel, seperti sel tumbuhan dan jamur, tetapi dengan
bahan pembentuk sangat berbeda (peptidoglikan).
Beberapa jenis bakteri bersifat motil (mampu bergerak) dan mobilitasnya ini
disebabkan oleh flagel
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah
Bakteri merupakan organisme
mikroskopik. Hal ini menyebabkan organisme ini sangat sulit untuk dideteksi,
terutama sebelum ditemukannya mikroskop. Barulah setelah abad ke-19 ilmu tentang
mikroorganisme, terutama bakteri (bakteriologi),
mulai berkembang. Seiring dengan perkembangan ilmu
pengetahuan, berbagai hal tentang bakteri telah berhasil ditelusuri.
Akan tetapi, perkembangan tersebut tidak terlepas dari peranan berbagai tokoh
penting seperti Robert Hooke, Antoni van Leeuwenhoek,
Ferdinand Cohn, dan Robert Koch.
Istilah bacterium diperkenalkan di kemudian hari oleh Ehrenberg pada tahun 1828, diambil dari kata Yunani
βακτηριον (bakterion) yang memiliki arti "batang-batang
kecil". Pengetahuan tentang bakteri berkembang setelah serangkaian
percobaan yang dilakukan oleh Louis Pasteur,
yang melahirkan cabang ilmu mikrobiologi. Bakteriologi
adalah cabang mikrobiologi yang mempelajari biologi
bakteri.
Robert Hooke (1635-1703), seorang
ahli matematika
dan sejarahwan berkebangsaan Inggris, menulis sebuah buku yang berjudul Micrographia
pada tahun 1665
yang berisi hasil pengamatan yang dilakukan dengan menggunakan mikroskop
sederhana. Akan tetapi, Robert Hooke masih belum dapat menumukan struktur
bakteri. Dalam bukunya tersebut, tergambar hasil penemuannya mengenai tubuh
buah kapang.
Walau demikian, buku inilah yang menjadi sumber deskripsi awal dari
mikroorganisme.
Antoni van Leeuwenhoek
(1632—1723) hidup di era yang sama dengan Robert Hooke di mana pengamatan
dengan mikroskop masih sangat sederhana. Terinspirasi dari kerja Robert Hooke,
ia membuat mikroskop rancangannya sendiri dengan sangat baik untuk mengamati
makhluk mikroskopik ini pada berbagai media alami pada tahun 1684. Antoni van
Leeuwenhoek berhasil menemukan bakteri untuk pertama kalinya di dunia pada
tahun 1676.
Hasil temuannya dikirimkan ke Royal Society
of London yang kemudian dipublikasikan pada tahun 1684. Penemuan
ini segera mendapat banyak konfirmasi dari ilmuwan lainnya. Sejak saat itulah,
tidak hanya ilmu tentang bakteri tetapi juga mikroorganisme pada umumnya pun
mulai berkembang.
Ferdinand Cohn (1828-1898)
merupakan seorang botanis berkebangsaan Breslau (sekarang Polandia).
Hasil penemuannya banyak berkisar tentang bakteri yang resisten terhadap panas.
Ketertarikannya pada kelompok bakteri ini mengarahkannya pada penemuan kelompok
bakteri penghasil endospora yang resisten
terhadap suhu tinggi. Ferdinand Cohn juga berhasil menjelaskan siklus hidup
bakteri Bacillus yang
sekaligus menjelaskan mengapa bakteri ini bersifat tahan panas. Selanjutnya, ia
juga membuat dasar klasifikasi bakteri sederhana dan mengembangkan beberapa
metode untuk mencegah kontaminasi pada kultur
bakteri, seperti penggunaan kapas sebagai penutup pada labu takar, erlenmeyer,
dan tabung reaksi. Metode ini kemudian digunakan oleh ilmuwan lain, Robert
Koch.
Robert Koch (1843-1910), seorang
ahli fisika
berkebangsaan Jerman,
banyak melakukan penelitian mengenai penyakit yang disebabkan oleh infeksi
bakteri. Ilmuwan pada awalnya mempelajari penyakit antraks
yang banyak menyerang hewan ternak. Penyakit ini disebabkan oleh Bacillus anthracis, salah satu bakteri
penghasil endospora. Robert Koch juga merupakan orang pertama yang berhasil
mendapatkan isolat murni Mycobacterium tuberculosis, bakteri
penyebab penyakit tuberkulosis. Berdasarkan dua penelitian mengenai
penyakit ini, Robert Koch berhasil membuat Postulat Koch, sebuah teori mengenai
mikroorganisme spesifik untuk penyakit yang spesfik. Beliau juga berhasil
menemukan metode untuk mendapatkan isolat murni dari bakteri. Penemuan lainnya
adalah penggunaan media kultur padat untuk menumbuhkan bakteri di luat habitat
aslinya. Pada awalnya ia menggunakan potongan kentang
dan kemudian dikembangkan dengan menggunakan nutrien gelatin.
Penggunaan nutrien gelatin masih memiliki banyak kekurangan yang pada akhirnya
penggunaanya digantikan dengan agar (sejenis polisakarida)
yang digagas oleh istri Walter Hesse yang juga
bekerja bersama Robert Koch.
B. Struktur sel
Struktur sel bakteri
Seperti
prokariot (organisme yang tidak memiliki membran inti) pada
umumnya, semua bakteri memiliki struktur sel yang relatif sederhana. Sehubungan
dengan ketiadaan membran inti, meteri genetik (DNA dan RNA) bakteri
melayang-layang di daerah sitoplasma yang bernama nukleoid. Salah satu
struktur bakteri yang penting adalah dinding sel.
Bakteri dapat diklasifikasikan dalam dua kelompok besar berdasarkan struktur
dinding selnya, yaitu bakteri gram negatif dan bakteri gram positif. Bakteri gram
positif memiliki dinding sel yang tersusun dari lapisan peptidoglikan
(sejenis molekul polisakarida) yang tebal dan asam teikoat, sedangkan
bakteri gram negatif memiliki lapisan peptidoglikan yang lebih tipis dan mempunyai
struktur lipopolisakarida yang tebal. Metode yang
digunakan untuk membedakan kedua jenis kelompok bakteri ini dikembangkan oleh
ilmuwan Denmark, Hans Christian Gram pada
tahun 1884.
Banyak
bakteri memiliki struktur di luar sel lainnya seperti flagel dan fimbria yang digunakan
untuk bergerak, melekat dan konjugasi. Beberapa bakteri juga memiliki kapsul yang beperan
dalam melindungi sel bakteri dari kekeringan dan fagositosis.
Struktur kapsul inilah yang sering kali menjadi faktor virulensi penyebab
penyakit, seperti yang ditemukan pada Escherichia
coli dan Streptococcus
pneumoniae. Bakteri juga memiliki kromosom,
ribosom,
dan beberapa spesies lainnya memiliki granula makanan, vakuola gas,
dan magnetosom. Beberapa
bakteri mampu membentuk diri menjadi endospora yang membuat
mereka mampu bertahan hidup pada lingkungan ekstrim. Clostridium botulinum merupakan salah
satu contoh bakteri penghasil endospora yang sangat tahan suhu dan tekanan
tinggi, dimana bakteri ini juga termasuk golongan bakteri pengebab keracunan
pada makanan kaleng.
C. Morfologi bakteri
Berdasarkan bentuknya, bakteri
dibagi menjadi tiga golongan besar, yaitu:
·
Kokus
(Coccus) dalah bakteri yang berbentuk bulat seperti bola dan mempunyai
beberapa variasi sebagai berikut:
o Mikrococcus, jika kecil dan tunggal
o Diplococcus, jka berganda dua-dua
o Tetracoccus, jika bergandengan empat dan membentuk bujur
sangkar
o Sarcina, jika bergerombol membentuk kubus
o Staphylococcus, jika bergerombol
o Streptococcus, jika bergandengan membentuk rantai
·
Basil
(Bacillus) adalah kelompok bakteri yang berbentuk batang atau silinder,
dan mempunyai variasi sebagai berikut:
o Diplobacillus, jika bergandengan dua-dua
o Streptobacillus, jika bergandengan membentuk rantai
·
Spiral
(Spirilum) adalah bakteri yang berbentuk lengkung dan mempunyai variasi
sebagai berikut:
o Vibrio, (bentuk koma), jika lengkung kurang dari setengah
lingkaran (bentuk koma)
o Spiral, jika lengkung lebih dari setengah lingkaran
o Spirochete, jika lengkung membentuk struktur yang fleksibel.
Bentuk tubuh/morfologi
bakteri dipengaruhi oleh keadaan lingkungan, medium, dan usia. Walaupun secara
morfologi berbeda-beda, bakteri tetap merupakan sel tunggal yang dapat hidup
mandiri bahkan saat terpisah dari koloninya.
D. Alat gerak
Banyak
spesies bakteri yang bergerak menggunakan flagel. Bakteri yang tidak memiliki alat gerak biasanya
hanya mengikuti pergerakan media pertumbuhannya atau lingkungan tempat bakteri
tersebut berada. Sama seperti struktur kapsul, flagel juga dapat menjadi agen
penyebab penyakit pada beberapa spesies bakteri. Berdasarkan tempat dan jumlah
flagel yang dimiliki, bakteri dibagi menjadi lima golongan, yaitu:
·
Atrik, tidak mempunyai flagel.
·
Monotrik, mempunyai satu flagel pada salah satu ujungnya.
·
Lofotrik, mempunyai sejumlah flagel pada salah satu ujungnya.
·
Amfitrik, mempunyai satu flagel pada kedua ujungnya.
·
Peritrik, mempunyai flagel pada seluruh permukaan tubuhnya.
E. Habitat
Bakteri merupakan mikroorganisme
ubikuotus, yang berarti melimpah dan banyak ditemukan di hampir semua tempat. Habitatnya
sangat beragam; lingkungan perairan, tanah, udara, permukaan daun, dan bahkan
dapat ditemukan di dalam organisme hidup. Diperkirakan total jumlah sel
mikroorganisme yang mendiami muka bumi ini adalah 5x10 Bakteri dapat ditemukan
di dalam tubuh manusia, terutama di dalam saluran pencernaan yang jumlah selnya 10 kali
lipat lebih banyak dari jumlah total sel tubuh manusia. Oleh karena itu,
kolonisasi bakteri sangatlah mempengaruhi kondisi tubuh manusia.
Terdapat beragam jenis bakteri yang
mampu menghabitasi daerah saluran pencernaan manusia, terutama pada usus besar,
diantaranya adalah bakteri asam laktat dan kelompok enterobacter . Contoh
bakteri yang biasa ditemukan adalah Lactobacillus acidophilus. Di samping
itu, terdapat pula kelompok bakteri lain, yaitu probiotik,
yang bersifat menguntungkan karena dapat menunjang kesehatan
dan bahkan mampu mencegah terbentuknya kanker usus
besar. Selain di dalam saluran pencernaan, bakteri juga dapat ditemukan di permukaan
kulit,
mata, mulut, dan kaki manusia. Di dalam
mulut dan kaki manusia terdapat kelompok bakteri yang dikenal dengan nama metilotrof,
yaitu kelompok bakteri yang mampu menggunakan senyawa karbon tunggal
untuk menyokong pertumbuhannya. Di dalam rongga mulut, bakteri ini menggunakan
senyawa dimetil sulfida yang
berperan dalam menyebabkan bau pada mulut manusia.
Beberapa kelompok mikroorganisme
ini mampu hidup di lingkungan yang tidak memungkinkan organisme lain untuk
hidup. Kondisi lingkungan yang ekstrim ini menuntut adanya toleransi, mekanisme
metabolisme, dan daya tahan sel yang unik. Sebagai contoh, Thermus aquatiqus
merupakan salah satu jenis bakteri yang hidup pada sumber air panas dengan
kisaran suhu 60-80 oC. Tidak hanya di lingkungan bersuhu tinggi,
bakteri juga dapat ditemukan pada lingkungan dengan suhu yang sangat dingin. Pseudomonas
extremaustralis ditemukan pada Antartika
dengan suhu di bawah 0 oC. Di samping pengaruh ekstrim temperatur,
bakteri juga dapat hidup pada berbagai lingkungan lain yang hampir tidak
memungkinkan adanya kehidupan (lingkungan steril). Halobacterium
salinarum dan Halococcus sp. adalah
contoh dari bakteri yang dapat hidup pada kondisi garam (NaCl) yang sangat tinggi
(15-30%). Tedapat pula beberapa jenis bakteri yang mampu hidup pada kadar gula tinggi (kelompok osmofil), kadar air rendah (kelompok xerofil),
derajat keasaman pH
sangat tinggi, dan rendah.
E. Pengaruh Lingkungan Terhadap Bakteri
Kondisi
lingkungan yang mendukung dapat memacu pertumbuhan dan reproduksi
bakteri. Faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
reproduksi bakteri adalah suhu, kelembapan, dan cahaya. Secara
umum, terdapat beberapa alat yang dapat digunakan untuk melakukan pengamatan
sel bakteri terhadap berbagai parameter tersebut, seperti mikroskop
optikal, mikroskop elektron, dan atomic force
microscope (AFM).
BAB III
PENUTUP
A.
Peranan
1. Bidang lingkungan
Keanekaragaman
bakteri dan jalur metabolismenya menyebabkan bakteri memiliki peranan yang
besar bagi lingkungan. Sebagai contoh, bakteri saprofit menguraikan tumbuhan
atau hewan yang telah mati dan sisa-sisa atau kotoran organisme. Bakteri
tersebut menguraikan protein, karbohidrat dan senyawa organik lain menjadi CO2,
gas amoniak, dan senyawa-senyawa lain yang lebih sederhana. Contoh bakteri
saprofit antara lain Proteus dan Clostridium. Tidak hanya
berperan sebagai pengurai senyawa organik, beberapa kelompok bakteri saprofit
juga merupakan patogen
oportunis.
Kelompok bakteri
lainnya berperan dalam siklus nitrogen, seperti bakteri nitrifikasi. Bakteri nitrifikasi adalah
kelompok bakteri yang mampu menyusun senyawa nitrat dari senyawa amonia yang
pada umumnya berlangsung secara aerob di dalam tanah. Kelompok bakteri ini
bersifat kemolitotrof. Nitrifikasi terdiri atas dua tahap yaitu nitritasi
(oksidasi amonia (NH4) menjadi nitrit (NO2-))
dan nitratasi (oksidasi senyawa nitrit menjadi nitrat (NO3)). Dalam
bidang pertanian, nitrifikasi sangat menguntungkan karena menghasilkan senyawa
yang diperlukan oleh tanaman yaitu nitrat. Setelah reaksi nitrifikasi selesai,
akan terjadi proses dinitrifikasi yang dilakukan
oleh bakteri denitrifikasi. Denitrifikasi sendiri
merupakan reduksi anaerobik senyawa nitrat menjadi nitrogen bebas (N2)
yang lebih mudah diserap dan dimetabolisme oleh berbagai makhluk hidup. Contoh
bakteri yang mampu melakukan metabolisme ini adalah Pseudomonas stutzeri,
Pseudomonas aeruginosa, and Paracoccus
denitrificans. Di samping itu, reaksi ini juga menghasilkan nitrogen
dalam bentuk lain, seperti dinitrogen oksida (N2O). Senyawa tersebut
tidak hanya dapat berperan penting bagi hidup berbagai organisme, tetapi juga
dapat berperan dalam fenomena hujan asam dan rusaknya ozon. Senyawa N2O
akan dioksidasi menjadi senyawa NO dan selanjutnya bereaksi dengan ozon (O3)
membentuk NO2- yang akan kembali ke bumi dalam bentuk
hujan asam (HNO2).
Di bidang pertanian
dikenal adanya suatu kelompok bakteri yang mampu bersimbiosis
dengan akar tanaman atau hidup bebas di tanah untuk membantu
penyuburan tanah. Kelompok bakteri ini dikenal dengan istilah bakteri pengikat
nitrogen atau singkatnya bakteri nitrogen. Bakteri nitrogen adalah kelompok
bakteri yang mampu mengikat nitrogen (terutaman N2) bebas di udara dan
mereduksinya menjadi senyawa amonia (NH4) dan ion nitrat (NO3-)
oleh bantuan enzim nitrogenase. Kelompok bakteri ini biasanya bersimbiosis
dengan tanaman kacang-kacangan
dan polong untuk membentuk suatu simbiosis mutualisme berupa nodul atau bintil akar
untuk mengikat nitrogen bebas di udara yang pada umumnya tidak dapat digunakan
secara langsung oleh kebanyakan organisme. Secara umum, kelompok bakteri ini
dikenal dengan istilah rhizobia, termasuk di dalamnya genus bakteri Rhizobium, Bradyrhizobium, Mesorhizobium, Photorhizobium, dan Sinorhizobium. Contoh
bakteri nitrogen yang hidup bersimbiosis dengan tanaman polong-polongan yaitu Rhizobium
leguminosarum, yang hidup di akar membentuk nodul atau bintil-bintil akar.
2. Bidang kesehatan
Tidak hanya di
bidang lingkungan dan pangan, bakteri juga dapat memberikan manfaat dibidang kesehatan. Antibiotik
merupakan zat yang dihasilkan oleh mikroorganisme dan mempunyai daya hambat
terhadap kegiatan mikroorganisme lain dan senyawa ini banyak digunakan dalam
menyembuhkan suatu penyakit. Beberapa bakteri yang menghasilkan antibiotik
adalah:
Terlepas dari
peranannya dalam menghasilkan antibiotik, banyak jenis bakteri yang justru
bersifat patogen. Pada manusia, beberapa jenis bakteri yang sering
kali menjadi agen penyebab penyakit adalah Salmonella enterica subspesies I serovar
Typhi yang menyebabkan penyakit tifus, Mycobacterium tuberculosis yang
menyebabkan penyakit TBC,
dan Clostridium tetani
yang menyebabkan penyakit tetanus. Bakteri patogen juga dapat menyerang
hewan ternak, seperti Brucella abortus yang
menyebabkan brucellosis pada sapi dan
Bacillus anthracis yang menyebabkan antraks.
Untuk infeksi pada tanaman yang umum dikenal adalah Xanthomonas oryzae
yang menyerang pucuk batang padi dan Erwinia amylovora
yang menyebabkan busuk pada buah-buahan.
B. Dekomposisi
Proses degradasi
jasad makhluk hidup dilakukan oleh banyak organisme, salah satunya adalah
bakteri. Beberapa jenis bakteri, terutama bakteri heterotrof,
mampu mendegradasi senyawa organik dan menggunakannya untuk menunjang
pertumbuhannya. Proses dekomposisi ini dibantu oleh beberapa jenis enzim untuk memecah makromolekul,
seperti karbohidrat,
protein,
dan lemak,
untuk dipecah menjadi senyawa yang lebih sederhana. Sebagai contoh, enzim protease
digunakan untuk memecah protein menjadi senyawa lebih sederhana, seperti asam amino.
Proses dekomposisi ini juga berperan dalam pengembalian unsur-unsur, terutama karbon dan nitrogen,
ke alam untuk masuk ke dalam siklus lagi.
Dekomposisi jasad makhluk hidup
dimulai oleh bakteri yang hidup di dalam tubuh manusia, dimulai dari
jaringan-jaringan otot. Proses ini dipercepat saat tubuh telah dikuburkan.
Reaksi pertama dalam dekomposisi ini adalah hidrolisis
protein oleh protease
membentuk asam amino.
Selanjutnya, asam amino akan diubah menjadi asam asetat,
gas hidrogen,
gas nitrogen,
dan karbon dioksida sehingga pH lingkungan akan
turun menjadi 4-5. Reaksi ini dilakukan oleh bakteri acetogen. Pada tahap
akhir, semua senyawa tersebut diubah menjadi gas metana oleh metanogen.
DAFTAR PUSTAKA
·
sains.kompas.com/read/2011/11/.../Bakteri.Vampire.Pengisap.Bakteri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berkomentar asalkan dengan bahasa yang sopan..ok??