Jumat, 17 Januari 2014

Makalah Metode Pembelajaran



BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang
Pendidikan dan pengajaran merupakan sebuah proses yang dilakukan untuk membentuk manusia yang mempunyai akhlak yang mulia. Karena dalam pendidikan dan pengajaran senantiasa berusaha menanamkan norma-norma susila kepada anak. Agar anak memiliki nilai-nilai dan norma-norma itu di dalam dirinya dan selanjutnya bersikap dan bertindak sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma yang telah dimilikinya.
Dengan demikian mendidik anak tidak cukup hanya memberikan pengetahuan dan keterampilan saja, melainkan kita tanamkan pula nilai-nilai dan norma-norma yang luhur kepada mereka. Karena begitu pentingnya pendidikan dan pengajaran anak, sehingga dituntut untuk melakukanya dengan sebaik mungkin. Salah satunya adalah harus pandai dalam memilih metode-metode pendidikan dan pengajaran yang sesuai, terutama dengan metode-metode yang telah diajarkan oleh Rasul, Sehingga nantinya proses pendidikan dan pengajaran ini akan mencapai hasil yang maksimal.

B.   Rumusan Masalah
1.      Apa Pengertian Metode Pendidikan dan Pengajaran?
2.      Apa Saja Macam Hadits Metode Pendidikan dan Pengajaran?





BAB II
PEMBAHASAN



A.   Pengertian Metode Pendidikan dan Pengajaran
Secara etimolgis, metode berasal dari bahasa Yunani, yaitu “methodos”. Kata ini terdiri dari dua suku kata, yaitu “metha” yang berarti melalui atau melewati dan “hodos” yang berarti jalan atau cara. Maka metode memiliki arti suatu jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan. Dalam bahasa Inggris dikenal dengan term method dan way yang diterjemahkan sebagai cara. Sedangkan dalam bahasa Arab kata metode diungkapkan dalam berbagai kat seperti kata al-thoriqoh, al-manhaj, dan al-washilah. Al-thariqoh berarti jalan, al-manhaj berarti system, dan al-washilah berarti mediator atau perantara.
Sedangkan secara terminology metode adalah suatu jalan yang ditempuh seseorang supaya sampai pada tujuan tertentu baik dalam lingkungan ataupun dalam perniagaan maupun dalam kaitan ilmu pengetahuan dan lainya. Ada pula yang mendefinisikan bahwa metode adalah suatu cara kerja yang sistematik seperti cara kerja ilmu pengetahuan.
Sedangkan pendidikan atau pengajaran itu dalam arti luas adalah suatu proses untuk mengembangkan semua aspek kepribadian manusia, yang mencakup pengetahuanya, nilai dan sikapnya serta ketrampilanya. Semua itu bertujuan untuk mencapai kepribadian individu yang lebih baik.
Jadi jika melihat masing-masing pengertian dari metode dan pendidikan, maka pengertian metode pendidikan dan pengajaran adalah suatu cara yang sistematis untuk mengembangkan segala aspek kepribadian manusia yang mencakup pengetahuanya, nilai serta sikapnya, dan ketrampilanya yang bertujuan untuk mencapai kepribadian individu yang lebih baik.
Sebagai komponen ilmu, metode dapat mengantar suatu proses pendidikan dapat mencapai tujuan pendidikanya dengan cepat dan tepat. Hal ini akan terjadi bila mana metode pendidikan dan pengajaran ini sejalan dengan substansi dan tujuan. Di samping itu metode juga harus sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada. Maka dari itu seorang pendidik harus dapat memilih metode yang tepat dengan keadaan. Untuk itu mereka dituntut untuk menguasai metode pendidikan dan pengajaran.

B.   Macam-macam Hadits tentang Metode Pendidikan dan Pengajaran
a.    Hadits Anas bin Malik, tentang membuat mudah, gembira dan kompak
عَنِ اَنَسٍ بَنِ مَلِكٍ عَنِ النَّبِيِّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ قَالَ يَسِّرُوْا وَلاَ تُعَسِّرُوْا وَبَشِّرُوْا وَلاَ تُنَفِّرُوْا (اخرجه البخارى في كتاب العلم)
Artinya: “Permudahkanlah (manusia dalam soal-soal agama) dan jangan mempersukar mereka, dan berilah mereka kabar gembira dan janganlah mereka dibuat lari. (HR. Bukhori)

Hadits di atas menjelaskan bahwa proses pembelajaran harus dibuat dengan mudah dan sekaligus menyenangkan agar siswa tidak tertekan secara psikologis dan merasa bosan terhadap suasana di kelas. Serta apa yang diajarkan oleh gurunya. Dan satu pembelajaran harus menghunakan metode yang tepat disesuaikan dengan situasi dan kondisi, terutama dengan mempertimbangkan, keadaan orang yang akan belajar.

Sebagaimana dalam QS. Ali-Imran: 159


Artinya: “Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu” (QS. Ali Imron: 159)

Dalam menempuh proses-proses pendidikan, sikap-sikap keras mempersulit hendaknya dihindari. Islam mengajarkan kelemah lembutan dalam metode pendidikan agar para peserta didik tidak kabur karena Allah sendiri menghendaki kepada kemudahan.

b.    Hadits Aisyah, Tentang menyampaikan perkataan yang jelas dan terang
عَنْ عَاِشَةَ رَحِمَهَااللهُ قَالَتْ كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ كَلاَمُ فَصْلاً يَفْهَمُهُ كُلُّ مَنْ سَمِعَهُ (اخرجه ابوداود فى كتاب الادب)
Artinya: “Dari Aisyah RA. Berkata, perkataan Rasulullah adalah ucapan yang sangat jelas, dan dapat memahamkan orang yang mendengarnya. (HR. Abu Dawud).

Dalam hal ini, pendidik mempunyai peran penting untuk memutuskan langkahnya demi terciptanya tujuan pendidikan. Perkataan yang jelas dalam hal ini bukan terbatas pada suatu yang sifatnya lahiriyah. Namun lebih dari itu “jelas” disini adalah mampu memahamkan peserta didik yang dihadapinya.
Perkataan yang jelas dan terang akan menjadi salah satu faktor keberhasilan sebuah pendidikan, karena jika tidak demikian dikhawatirkan nantinya akan terjadi sebuah salah pengertian, ketika terjadi salah pengertian bukan tak mungkin justru si peserta didik akan melenceng dari yang diharapkan. Diharapkan dengan adanya perkataan yang jelas dan terang tersebut anak didik akan mampu menyerap dan memahami apa yang diharapkan pendidik.

c.    Hadits Abu Hurairoh tentang metode cerita atau kisah
عَنْ أَبِى هُريْرةَ رَضِي اللهُ عَنْهُ اَنَّ رَسولَ اللهِ صَلىَّ اللهُ علَيهِ وَسَلَّمْ قال بَيْنَا رَجُلٌ يَمْشِي فَاشْتَدْ عَليهِ العَطَشُ فَنَزَل بِئْرًا فَشَرَبَ مِنْهَا ثُمَّ خَرَجَ فَاذَا هُو َبِكلْبٍ يَلْهَثُ يَأكلُ الشَّرَى مِنَ العَطُشِ فَقالَ لَقدْ بَلغَ هَذَا مِثْلُ اَّلذِي بَلغَ بيِ فَمَلَا خُفَّهُ ثُمَّ أَمْسَكَهُ بِفِيهِ ثُمَّ رَقِيَ فَسقىَ الْكلْبَ فَشكرَ اللهُ له فَغفرَ لَهُ قَالوا يَا رَسولُ اللهِ وَاِنَّ لَنَا في الْبَهَائِمِ أَجْرًا قال فِي كُلّ كَبِدٍ رَطْبَةٍ أَجْرٌ (أخرجه البخاري في كتاب المشقات)
Artinya: “Dari Abu Hurairah ra, sesungguhnya rasulullah SAW bersabda: Ketika seorang laki-laki sedang berjalan-jalan tiba-tiba ia merasa sangat haus sekali kemudian ia menemukan sumur lalu ia masuk kedalamnya dan minum, kemudian ia keluar (dari sumur). Tiba-tiba datang seekor anjing menjulur-julurkan lidahnya ia menjilati tanah karena sangat haus, lelaki itu berkata: anjing itu sangat haus sebagaimana aku, kemudian masuk ke sumur lagi dan ia penuhi sepatunya (dengan air), kemudian ia (haus lagi) sambil menggigit sepatunya dan ia beri minum anjing itu kemudian Allah bersyukur kepadanya dan mengampuninya, sahabat bertanya, wahai Rasulullah: adakah kita mendapat pahala karena kita menolong hewan? Nabi SAW menjawab: disetiap yang mempunyai limpa hidup ada pahalanya. (HR. Bukhori)

Hadits diatas menjelaskan bahwa pendidikan dengan metode cerita dapat menumbuhkan kesan yang mendalam pada anak didik, sehingga dapat memotivasi anak didik untuk berbuat yang baik dan menjauhi hal yang buruk. Bahkan kaedah ini merupakan metode yang menarik yang dilakukan Rasulullah. Teknik ini menjadikan penyampaian dari Rasulullah menarik sehingga menimbulkan minat dikalangan sahabatnya.

Allah SWT berfirman dalam surat Yusuf: 111


Artinya: “Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal.” .(Yusuff: 111).

Maka jelas bahwa Al Qur’an juga menggunakan cderita untuk seluruh pendidikan dan bimbingan yang mencakup seluruh metodologi pendidikanya, yaitu untuk pendidikan mental, akal, dan pendidikan jasmani serta menaruh jaringan-jaringan yang saling berlawanan yang terdapat dalam jiwanya itu, pendidikan melalui teladan dan nasehat. Oleh karena itu cerita merupakan kumpulan bimbingan yang tidak terkirakan banyak.
Disamping itu teknik bercerita adalah satu teknik yang baik untuk menerapkan aspek pembangunan insan. Sebagai contoh aspek pembangunan insane lebih diminati dan dihayati apabila disampaikan dalam bentuk plot cerita atau drama, dibandingkan jika hanya disampaikan dalam brntuk fakta akademik. Bukti terbaik penggunaan teknik ini adalah bagaimana Al Qur’an banyak menggunakan teknik ini dalam penyampaian ajaranya, begitu juga Hadits Nabi yang turut menggunakan teknik ini.


d.    Hadits Abu Hurairah, tentang metode tanya jawab
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قالَ قالَ رَجُلٌ يَا رَسُولُ اللهِ مَنْ أَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ الصُّحْبَةِ؟ قالَ أُمُّكَ ثُمَّ أُمُّكَ ثُمَّ أُمُّكَ ثُمَّ أَبُوْكَ ثُمَّ أَدْناكَ أَدْناكَ (أخرجه مسلم في كتاب البر والصلة والأداب)
Artinya: “dari Abu Hurairah ra, Ia berkata seseorang laki-laki datang pada Rasulullah SAW, kemudian ia bertanya, wahai Rasulullah siapa orang yang paling berhak aku hormati? Beliau menjawab: Ibumu, ia berkata, kemudian siapa? Beliau menjawab: Ibumu, ia berkata, kemudian siapa? Beliau menjawab: kemudian bapakmu, kemudian saudara terdekatmu. (HR. Muslim).

Metode tanya  jawab merupakan metode yang memungkinkan adanya  komunikasi langsung yang bersifat Two wag traffic sebab pada saat yang sama terjadi dialok antara guru dan siswa, sehingga komunikasi ini terlihat adanya hubungan timbal balik antara guru dan siswa. Adapun metode ini bertujuan untuk mengetahui sampai sejauh mana materi pelajaran yang telah dikuasai oleh siswa, untuk merangsang siswa berfikir dan member kesempatan pada siswa untuk mengajukan masalah yang belum paham.[16]

e.    Hadits Annas Bin Malik tentang metode diskusi
عَنْ أنَسٍ رَضيَ اللهُ عَنهُ قالَ قالَ رَسُوْلُ اللهِ صلَّى اللهُ عَليهِ وَسلَّمْ انْصُرْ أَخَاكَ ظَالِمًا أَوْ مَظْلُوْمًا قَالُوا يا رَسولَ اللهِ هَذا نَنْصُرُهُ مَظْلوُمًا فَكَيْفَ نَنْصُرُهُ ظَالِمًا قالَ تَأْخُذُ فَوْقَ يَدَيْهِ (أخرجه البخاري في كتاب الظالم والغصب)
Artinya: “dari Annas ra, berkata: Rasulullah SAW, bersabda: “tolonglah saudaramu yang dzalim dan yang didzalimi, dikatakan bagaimana jika menolong orang yang dzalim? Rasulullah menjawab: tahanlah (hentikanlah) dia dan kembalikanlah dari kedzalimannya, karena sesungguhnya itu merupakan pertolongan padanya”. (HR. Bukhari).

Diskusi pada dasarnya tukar menukar informasi dan unsure pengalaman secara teratur dengan maksud untuk mendapat pengertian bersama yang lebih jelas dan lebih teliti tentang sesuatu. Atau untuk mempersiapkan atau merampungkan keputusan bersama. Oleh karena itu diskusi bukan debat dan perang mulut. Dalam diskusi tiap orang diharapkan member sumbangsih sehingga semua bisa paham sengan binaan bersama.

Akan tetapi dalam diskusi harus dilakukan dengan cara yang sebaik-baiknya. Seperti firman Allah dalam surat An-Nahl: 125

Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (An-Nahl; 125).

Dari ayat di atas maka sangat jelas bahwa walaupun Nabi membolehkan mendidik dengan metode diskusi, akan tetapi dalam pelaksaanya harus dilakukan tengan hikmah atupun dengan penuh bijak. Adapun tujuan diskusi itu sendiri adalah sebagai berikut:
1.      Untuk member motivasi kepada peserta didik agar dapat berkomunikasi dengan lisan.
2.      Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menggunakn pengetahuan dan informasinya yang telah dimiliki.
3.      Mengembangkan sikap saling hormat menghormati dan tenggang rasa terhadap keberagaman pendapat orang lain dalam rangka mengembangkan kecerdasan peserta didik.

Hadits Abu Hurairah tentang alat peraga
عَنْ أَبي هُرَيرةَ قالَ قالَ رَسولُ اللهِ صلىَّ اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمْ كَافِلِ الْيَتِيْمِ لَهُ أَوْ لِغَيْرِهِ أَنَا وَهُوَ كَهَاتَيْنِ فِي الْجَنَّةِ وَأَشَارَ مَاِلكٌ بِالسَّبَابَةِ وَالوْسْطَى (أخرجه مسلم في الزهد والرقائق)
Artinya: “dari abu Hurairah, berkata: Rasulullah SAW bersabda, orang yang menanggung hidup anak yatim atau yang lainnya, maka saya (Nabi) dan dia seperti dua orang yang tidak dapat dipisahkan dalam syurga.” (HR. Muslim).

Metode menggunakan alat peraga dalam pengajaran, memegang peran penting sebagai alat bantu untuk menciptaka proses belajar yang ditandai dengan beberapa unsur, terutama alat. Karena alat tersebut selain dapat digunakan untuk motivasi, tetapi dapat juga meningkatkan efektifitas hasil belajar.
Adapun Fungsi dan nilai alat peraga adalah sebagai berikut:
1.      Sebagai alat bantu untuk mewujudkan proses belajar mengajar yang efektif
2.      Penggunaan alat peraga merupakan bagian yang integral dari keseluruhan situasi mengajar. Ini berarti bahwa alat peraga merupakan salah satu unsure yang harus dikembangkan oleh guru.
3.      Alat peraga dalam pengajaran penggunaanya integral dengan tujuan dan isi pelajaran.
4.      Penggunaan alat peraga tidak hanya sekedar hiburan ataupun pelengkap, akan tetapi salah satu media untuk memudahkan pemahaman.





BAB III
KESIMPULAN


Metode pendidikan dan pengajaran adalah suatu cara yang sistematis untuk mengembangkan segala aspek kepribadian manusia yang mencakup pengetahuanya, nilai serta sikapnya, dan ketrampilanya yang bertujuan untuk mencapai kepribadian individu yang lebih baik. dalam proses pendidikan itu sendiri mempunyai peran yang sangat penting, karena metode ini merupakan sebuah cara yang digunakan untuk mewujudkan sebuah tujuan pendidikan.
Adapun metode pendidikan imi bermacam-macam. Berikut ini adalah beberapa metode yang ditawarkan Nabi untuk digunakan dalam proses pembelajaran:
1.      Metode dengan membuat mudah, gembira dan kompak
2.      Metode dengan perkataan yang jelas dan terang
3.      Metode tanya jawab
4.      Metode cerita atau kisah
5.      Metode diskusi
6.      Metode dengan menggunakan alat peraga

Dari beberapa metode di atas, semuanya mempunyai keunggulan tersendiri sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada. Untuk itu keberhasilan dalam proses belajar mengajar juga tak luput dari ketepatan dalam memilih metode yang sesuai dengan situasi \dan kondisi yang ada.

 


DAFTAR PUSTAKA



Ahmadi, Abu, Ilmu Pendidikan 1, (Semarang: Toha Putra, 1977).

AN Nabani, Yusuf, Ringkasan Riyadhus Sholihin, (Banding: Irsad Baitus Salam, 2006).

Arifin, M, Ilmu Pendidukan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000).

Azmi Jasmi, Kamarul, Pendidikan Islam: Kaidah Pengajaran dan Pembelajaran, (Malaysia: University Tegnology Malaysia, 2008).

Az Zabidi, Imam, Ringkasan Shahih Al Bukhari, Terj. Cecep Syamsul Hari dan Thalib Anis, (Bandung: Mizan, 1997).

Darajat, Zakiah, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 1985).

Darajat, Zakiah, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jkararta: Bumi Aksara, 2001).

Muhammad Jamil, Shidqi, Sunan Abi Dawud, (Beirut: Darul Fikr, 1994).
Munib, Ahmad, dkk, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Semarang UPK MKK Unnes. 2004).

Quth, Muhammad, Sistem Pendidikan Islam, (Bandung: PT Al-Ma’arif, 1993)
Razak dan Rais Lathief, Terjemah Hadits Shahih Muslim, (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1980).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berkomentar asalkan dengan bahasa yang sopan..ok??