BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Keanekaragaman
hayati atau biodiversitas adalah suatu istilah pembahasan yang mencakup semua
bentuk kehidupan, yang secara ilmiah dapat dikelompokkan menurut skala
organisasi biologisnya, yaitu
mencakup gen, spesies tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme serta ekosistem dan
proses-proses ekologi dimana
bentuk kehidupan ini merupakan bagiannya.
Keanekaragaman hayati adalah keanekaragaman
makhluk hidup yang menunjukkan keseluruhan variasi gen, spesies dan ekosistem
di suatu daerah. Ada dua faktor penyebab keanekaragaman hayati, yaitu faktor genetik
dan faktor luar. Faktor genetik bersifat relatif konstan atau stabil
pengaruhnya terhadap morfologi organisme. Sebaliknya, faktor luar relatif
stabil pengaruhnya terhadap morfologi organisme.
B. Perumusan
Masalah
1. Bagaimanakah konsep Keanekaragaman
Hayati ?
2. Keanekaragaman Flora di
Indonesia ?
3. Keanekaragaman Fauna di
Indonesia ?
4. Tipe-Tipe Ekosistem ?
5. Apa saja Manfaat dan
nilai yang terkandung dalam keanekaragaman hayati ?
C. Tujuan
1. Agar dapat mengetahui konsep Keanekaragaman Hayati.
2. Agar dapat mengetahui Keanekaragaman Flora di Indonesia.
3. Agar dapat mengetahui
Keanekaragaman Fauna di Indonesia.
4. gar dapat mengetahui Tipe-tipe
Ekosistem.
5. Agar dapat mengetahui Manfaat dan nilai
yang terkandung dalam keanekaragaman hayati
D. Manfaat
Dengan
penulisan makalah ini, kita dapat
mengetahui lebih banyak tentang Keaneragaman Hayati.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Keanekaragaman Hayati
Keanekaragaman adalah
semua kumpulan benda yang bermacam-macam, baik ukuran, warna, bentuk, tekstur
dan sebagainya. Hayati yaitu menunjukkan sesuatu yang hidup. Jadi
keanekaragaman hayati menggambarkan bermacam-macam makhluk hidup (organisme)
penghuni biosfer. Keanekaragaman hayati disebut juga “Biodiversitas”.
Keanekaragaman atau keberagaman dari makhluk hidup dapat terjadi karena akibat
adanya perbedaan warna, ukuran, bentuk, jumlah, tekstur, penampilan dan
sifat-sifat lainnya.
Keanekaragaman hayati adalah keanekaragaman makhluk hidup yang menunjukkan keseluruhan variasi
gen, spesies dan ekosistem di suatu daerah. Ada dua faktor penyebab
keanekaragaman hayati, yaitu faktor genetik dan faktor luar. Faktor genetik
bersifat relatif konstan atau stabil pengaruhnya terhadap morfologi organisme.
Sebaliknya, faktor luar relatif stabil pengaruhnya terhadap morfologi
organisme. Lingkungan atau faktor eksternal seperti makanan, suhu, cahaya
matahari, kelembaban, curah hujan dan faktor lainnya bersama-sama faktor
menurun yang diwariskan dari kedua induknya sangat berpengaruh terhadap fenotip
suatu individu. Dengan demikian fenotip suatu individu merupakan hasil
interaksi antara genotip dengan lingkungannya Keanekaragaman hayati dapat
terjadi pada berbagai tingkat kehidupan, mulai dari organisme tingkat rendah
sampai organisme tingkat tinggi. Misalnya dari mahluk bersel satu hingga mahluk
bersel banyak dan tingkat organisasi kehidupan individu sampai tingkat
interaksi kompleks, misalnya dari spesies sampai ekosistem.
B.
Keaneragaman Flora Di Indonesia
Semua Kehidupan di bumi tergantung dari
tumbuhan. Manusia makan banyak jenis-jenis tumbuhan, sebagian besar hewan yang
ada di bumi ini juga makan tumbuhan, baik langsung maupun tidak langsung.
Tumbuhan sendiri dapat membuat makanannya sendiri, yaitu melalui proses
fotosintesis (memasak di daun). Dengan menggunakan udara dan tenaga sinar
matahari tumbuhan menghasilkan gula yang kemudian disimpannya dalam berbagai
tempat, seperti di daun, batang , akar, buah, dll.
Kawasan
Taman Hutan Raya Ir.H.Djuanda merupakan hutan alam sekunder dan hutan tanaman
yang mempunyai potensi flora cukup variatif, terdirii dari tumbuhan tinggi dan
tumbuhan rendah. Untuk tumbuhan tinggi didominasi oleh jenis pinus sedangkan
untuk tumbuhan rendah didominasi oleh lumut dan pakis sehingga berfungsi
sebagai laboratorium alam (arboretum). Hutan Tanaman mulai dikembangkan tahun
1950-an namun karena tumbuh pada lahan berbatu diametemya relatif kecil dan
pada tahun 1963 ditanam jenis tumbuhan kayu asing berasal dari luar daerah dan
luar negeri dilahan seluas 30 Ha yang terletak di sekitar Plaza dan Gua Jepang.
Hutan di
kawasan ini merupakan vegetasi campuran yang terdiri dari 40 famili, 112
species diantaranya berasal dari luar negeri seperti sosis (kegelia aethiopica)
dari afrika, Mahoni Uganda (khaya anthoteca) dari Afrika barat, Pinus Meksiko
(pinus montecumae) berasal dari meksiko, cengal pasir (hopea odorata) dari
Burma, Cedar Hondura (cedrela maxicum m roem) dari Afrika Tengah dan lain
sebagainya, sedangkan yang berasal dari dalam negeri diantaranya : Pinus (pinus
merkusi jung), Bayur sulawesi (pterospermum celebicum) dari Sulawesi, Kayu
manis (cinnamonum burmanii) dari daerah Jawa Barat, Damar (agathis damara) dari
Maluku, Cemara Sumatera (casuarina sumatrana) dari Sumatra, dan lain-lain.
C.
Keanekaragaman Fauna Di Indonesia
Indonesia memiliki keanekaragaman jenis fauna
yang kaya. Taksiran jumlah jenis fauna Indonesia adalah sebagai berikut:
1. Hewan menyusui ada 300
jenis,
2. Burung ada 7500 jenis,
3. Reptil ada 2500 jenis,
4. Amfibi ada 1000 jenis,
5. Ikan ada 8500 jenis,
6. Keong ada 20.000 jenis,
7. Serangga ada 250.000 jenis.
Indonesia memiliki 420 jenis burung yang
tersebar di 24 lokasi. Beberapa pulau di Indonesia memiliki jenis hewan endemik,
terutama di Palau Sulawesi, Papua dan di Kepulauan Mentawai.
Pola persebaran fauna di Indonesia di warnai
oleh pola kelompok kawasan oriental di sebelah barat dan kelompok kawasan
Australia di sebelah timur. Kelompak fauna di bagian tengah bersifat peralihan
dan beberapa diantaranya bersifat endemik. Tipe-tipe persebaran fauna di
Indonesia adalah sebagai berikut:
a. Tipe Asia
Fauna tipe Asia terdiri atas beberapa jenis mamalia, burung, ikan, dan
reptil. Di beberapa daerah, fauna ini sudah punah dan di beberapa daerah lain
sudah sangat langka. Berikut ini beberapa fauna langka tersebut:
1) Gajah
Gajah (Elephas maximus) terdapat di seluruh
Sumatra menghuni hutan hujan dataran rendah.
2) Badak
Di Indonesia terdapat dua jenis badak, yaitu
badak jawa (Rhinocerus sondaicus) dan badak sumatra (Dicerorhinus sumatrensis).
Badak jawa lebih besar dibanding badak sumatra. Badak jawa bisa mencapai berat
2 ton, sedangkan badak sumatra hanya 1 ton. Badak sumatra merupakan badak
terkecil yang masih hidup. Perbedaan lainnya adalah badak jawa bercula satu,
sedangkan badak sumatra mempunyai tonjolan kecil selain cula sehingga terkesan
bercula dua.
3) Tapir
Tapir (Tapirus indicus) merupakan fauna yang
menakjubkan. Fauna ini diduga berasal dari hutan tropis Amerika Selatan.
Mengapa fauna ini sampai di Indonesia? belum diketahui penyebabnya. Saat ini
tapir hanya bisa ditemukan di hutan-hutan Sumatra. Melihat dari persebarannya,
mungkin tapir juga pernah hidup di Jawa dan Kalimantan tetapi kini sudah punah.
4) Banteng
Di Sumatra, banteng telah mengalami kepunahan.
Saat ini, banteng liar hanya terdapat di Jawa dan kecil sekali jumlahnya di
Kalimantan.
5) Kerbau
Liar
Saat ini, ada sekitar empat juta lebih kerbau
yang diternakkan. Namun, populasi kerbau liar (Bubalus bubalis) di dunia
diperkirakan tinggal 100 ekor saja. Penyebab semakin berkurangnya populasi
kerbau liar adalah nilai ekonomis yang ada pada fauna ini.
6) Harimau
Sumatra
Pada mulanya ada tiga jenis harimau di
Indonesia, yaitu harimau bali, harimau jawa, dan harimau sumatra. Kini tinggal
harimau sumatra saja yang masih hidup.
7) Macan
Tutul
Macan tutul (Panthera pardus). Saat ini, macan
tutul hanya terdapat di Jawa menghuni kawasan perlindungan dan sedikit sekali
yang secara liar hidup di hutan. Fauna ini terancam punah karena perburuan dan
banyaknya penggunaan racun untuk umpan babi hutan yang merupakan makanan macan
tutul.
8) Beruang
Madu
Hewan ini terdapat di Sumatra dan Kalimantan. Di
Jawa, hewan ini telah punah. Beruang madu (Helarctos malayanus) merupakan
beruang terkecil di antara keluarga beruang. Hewan ini lamban dalam bergerak,
berat, jarak pandang pendek, matel bulu mengkilap, dan memiliki cakar yang
besar.
9) Orang
Utan
Orang utan (Pongo pyomaeus) merupakan jenis
primata yang hidup di hutan pegunungan Sumatra dan Kalimantan. Fauna ini
merupakan fauna endemik Indonesia yang hidup dengan makan buah-buahan hutan.
10) Bekantan
Bekantan (Nasalis larvatus). Keberadaan
fauna ini perlu dijaga karena fauna ini jenis primata endemi yang hanya
terdapat di Kalimantan.
11) Siamang
Jenis
primata yang paling atraktif adalah siamang (Hylobates klossi). Mereka dapat
melakukan lompatan-lompatan berbahaya di atas pohon-pohon yang sangat tinggi.
Siamang dapat ditemukan di Sumatra, Jawa, dan Kalimantan. Namun, keberadaannya
juga terancam karena kerusakan habitat mereka.
12) Elang Jawa
Garuda
Pancasila. Sebetulnya lambang itu adalah gambaran dari elang jawa (Spizaetus
bartelsi). Burung ini dipilih sebagai lambang negara karena mirip dengan
mitologi Garuda, dikenal sebagai kendaraan Dewa Wisnu.
13) Curik Bali
Curik bali
(Leucopasar rothschildi) adalah burung endemi di Bali, menghuni hutan musim
ujung barat Laut Bali.
14) Merak
Merak (Pavo muticus) berkerabat dekat dengan
ayam hutan. Meskipun bersayap lebar, fauna ini tidak bisa terbang jauh seperti
burung. Merak hanya bisa terbang dari cabang ke cabang pohon lain yang
berdekatan. Di Indonesia, merak hanya terdapat di Jawa. Konon, binatang ini
dibawa pedagang dari India. Merak menyukai hutan terbuka dan daerah perkebunan.
Populasi terbesar di Jawa terdapat di tiga taman nasional, yaitu di Ujung
Kulon, Alas Purwo, dan Baluran.
15) Rangkong
Beberapa spesies burung rangkong terdapat di
wilayah barat. Sebagian lagi terdapat di wilayah Wallacea. Beberapa yang
terdapat di wilayah barat adalah rangkong badak (Buceros rhinoceros), rangkong
jambul (Aceros corrugatus), rangkong papan (Buceros bicornis), rangkong perut
putih (Anthracoceros albirostris), dan rangkong emas (Aceros undulatus). Burung
rangkong biasanya menempati pohon-pohon besar seperti beringin di hutan Sumatra
dan Kalimantan.
16) Pesut
Mahakam
Fauna ini termasuk mamalia yang hidup di air
tawar. Sesuai namanya, habitatnya di Sungai Mahakam, Kalimantan. Di beberapa
negara Asia juga terdapat jenis fauna ini misalnya di Sungai Gangga, India dan
di Sungai Irawadi, Myanmar. Karena bentuknya yang mirip lumba-lumba (dolphin),
ikan ini sering disebut freshdolphin atau lumba-lumba air tawar.
17) Siluk
Siluk atau arwana (Scleropages formosus)
merupakan salah satu jenis ikan purba. Habitat ikan siluk adalah sungai dan
danau. Akhir-akhir ini, siluk yang semula hidup secara liar telah beralih ke
akuarium. Siluk telah menjadi lambang yang menunjukkan status sosial seseorang.
b. Tipe
Australia
Tidak seperti fauna tipe Asia yang beberapa di
antaranya berukuran besar, fauna tipe Australia tidak terlalu besar. Ciri yang
paling khas di kawasan ini adalah mamalia berkantong. Di antara mamalia
berkantong tersebut, beberapa jenis telah punah, yaitu beberapa jenis walabi
dan bandikut. Berikut ini beberapa fauna tipe Australia:
1)
Kanguru Pohon
Ada lima jenis kanguru pohon yang hidup di
hutan-hutan Papua. Lima jenis kanguru pohon tersebut adalah kanguru pohon
wakera (Dendrologus inustus), kanguru pohon mbasio (Dendrologus mbasio),
kanguru pohon nemena (Dendrologus ursinus), kanguru pohon ndomea (Dendrologus
dorianus), dan kanguru pohon hias (Dendrologus goodfellowi). Seperti kanguru di
Australia, kanguru pohon adalah jenis mamalia berkantong. Bedanya, kanguru
australia hidup di daratan, kanguru pohon hidup di atas pohon.
2)
Kuskus
Kuskus merupakan keluarga possum yaitu hewan
berkantong khas Australia. Beberapa di antaranya telah menyeberang melewati
Garis Weber dan berdiam di Sulawesi. Papua merupakan tempat yang sesuai untuk
kehidupan kuskus.
3)
Cenderawasih
Beberapa nama Latin burung ini adalah paradisaea
yang berarti surga. Cenderawasih yang ada di Indonesia meliputi 30 jenis. Dari
jumlah itu, 28 jenis hidup di hutan-hutan Papua dan dua jenis menyebar di
Kepulauan Maluku. Beberapa cenderawasih yang terkenal adalah cenderawasih merah
(Paradisaea rubra), cenderawasih biru (Paradisaea rodolphi), cenderawasih kecil
(Paradisaea minor), cenderawasih ragiana (Paradisaea ragginana), cenderawasih raja
(Cicinnurus regius), cenderawasih magnificent (Cicinnurus magnificus),
cenderawasih botak (Cicinnurus respublica), cenderawasih dua belas kawat
(Seleucidis melanoleuca), dan cenderawasih superba (Pophorina superba).
4)
Kasuari
Kasuari termasuk jenis burung raksasa. Tinggi
burung ini bisa mencapai 100–180 sentimeter dan beratnya bisa 60 kg.
5)
Nokdiak Nata Fem (Landak Papua)
Nokdiak dalam bahasa Yunani berarti lidah yang
besar. Fauna ini sungguh aneh karena meskipun termasuk keluarga mamalia, tetapi
perkembangbiakannya dengan bertelur.
6)
Walabi
Beberapa jenis walabi telah punah dari Bumi
Papua akibat perburuan liar karena dagingnya sangat digemari. Dari sekian jenis
walabi, yang tersisa kini hanya jenis walabi saham (Macropus agile) yang mendiami
rawa terbuka di Papua. Untuk mencegah kepunahan, walabi kini dilindungi di
daerah perlindungan Taman Nasional Wasur. Sekilas bentuk walabi ini mirip
dengan kanguru. Keduanya merupakan fauna tipeAustralia.
c. Tipe
Peralihan
Fauna tipe peralihan menempati wilayah Wallacea
yang meliputi Sulawesi, Kepulauan Nusa Tenggara, dan beberapa pulau kecil di
perairan laut dalam. Dari segi jenis dan jumlah, boleh jadi fauna tipe ini
tidak sebanyak fauna tipe Asia maupun Australia.
Namun, beberapa fauna tipe Asia dan Australia
terdapat di kawasan ini. Di kawasan ini pula terdapat fauna yang tidak terdapat
di kawasan lain di dunia. Beberapa fauna tipe peralihan kini terancam kepunahan
karena habitatnya rusak dan banyak diburu untuk diperdagangkan. Beberapa yang
terancam kepunahan sebagai berikut:
1) Anoa
Anoa adalah jenis kerbau tetapi kerdil. Binatang
ini sangat pemalu sehingga jarang terlihat. Anoa dibedakan menjadi dua, yaitu
anoa dataran rendah (Bubalus depresicornis) dan anoa gunung (Bubalus quarlesi).
Fauna ini adalah jenis endemi di Sulawesi.
2) Babi Rusa
Babi rusa (Babyrousa babyrussa) berbeda dengan
babi hutan tipe Asia dan babi mana pun di dunia.
3) Krabuku
Binatang ini sangat aneh karena sangat kecil.
Berat badannya hanya 120 gram sehingga menjadikannya primata terkecil di dunia.
Krabuku (Tarsius spectrum) lebih mirip kuskus daripada kera. Namun, ia lebih
berkerabat dengan kera tipe Asia daripada kuskus tipe Australia.
4) Rangkong
Sulawesi
Rangkong sulawesi (Aceros cassidix) dan
(Penelopidus exarhatus) hanya terdapat di Sulawesi.
5) Maleo
Maleo (Macrocephalon maleo) adalah fauna yang
sangat aneh dalam perkembangbiakan.
6) Komodo
Komodo (Varanus komodensis) merupakan binatang
purba yang masih hidup. Fauna ini telah lama mengagumkan para ilmuwan karena
hanya terdapat di Pulau Komodo dan pulau-pulau kecil didekatnya.
D. Tipe-Tipe
Ekosistem
Secara umum ada tiga tipe ekosistem, yaitu
ekositem air, ekosisten darat, dan ekosistem buatan, yaitu:
a. Akuatik
(air)
1) Ekosistem Air Tawar
Ciri-ciri
ekosistem air tawar antara lain variasi suhu tidak menyolok, penetrasi cahaya
kurang, dan terpengaruh oleh iklim dan cuaca.
2) Ekosistem Air Laut
Habitat laut
(oseanik) ditandai oleh salinitas (kadar garam) yang tinggi dengan
ion CI- mencapai 55% terutama di daerah laut tropik, karena suhunya
tinggi dan penguapan besar. Di daerah tropik, suhu laut sekitar 25 °C.
3) Ekosistem Estuari
Estuari
(muara) merupakan tempat bersatunya sungai dengan laut.[5] Estuari sering dipagari oleh lempengan lumpur intertidal yang luas
atau rawa garam. Ekosistem estuari memiliki produktivitas yang tinggi dan kaya akan
nutrisi
4) Ekosistem Pantai
Dinamakan
demikian karena yang paling banyak tumbuh di gundukan pasir adalah
tumbuhan Ipomoea pes caprae yang tahan terhadap hempasan gelombang dan angin. Tumbuhan
yang hidup di ekosistem ini menjalar dan berdaun tebal.
5) Ekosistem Sungai
Sungai adalah suatu badan air yang mengalir ke satu arah. Air sungai dingin dan
jernih serta mengandung sedikit sedimen dan makanan. Aliran air dan gelombang secara konstan
memberikan oksigen pada air.
6) Ekosistem Terumbu Karang
Ekosistem
ini terdiri dari coral yang berada dekat pantai. Efisiensi ekosistem ini sangat
tinggi. Hewan-hewan yang hidup di karang memakan organisme mikroskopis dan sisa
organik lain. Berbagai invertebrata, mikro organisme, dan ikan, hidup di antara
karang dan ganggang.
7)
Ekosistem Laut Dalam
Kedalamannya
lebih dari 6.000 m. Biasanya terdapat lele laut dan ikan laut yang dapat
mengeluarkan cahaya. Sebagai produsen terdapat bakteri yang bersimbiosis dengan
karang tertentu.
8)
Ekosistem Lamun
Lamun atau seagrass
adalah satu‑satunya kelompok tumbuh-tumbuhan berbunga yang hidup di lingkungan
laut. Tumbuh‑tumbuhan ini hidup di habitat perairan pantai yang dangkal.
b. Terestrial
(darat)
1) Hutan
Hujan Tropis
Hutan hujan
tropis terdapat di daerah tropik dan subtropik. Ciri-cirinya adalah curah hujan
200-225 cm per tahun. Spesies pepohonan relatif banyak, jenisnya berbeda antara
satu dengan yang lainnya tergantung letak geografisnya.
2) Sabana
Sabana dari
daerah tropik terdapat di wilayah dengan curah hujan 40 – 60 inci per tahun, tetapi
temepratur dan kelembaban masih tergantung musim.
3) Padang
Rumput
Padang
rumput terdapat di daerah yang terbentang dari daerah tropik ke subtropik. Ciri-ciri
padang rumput adalah curah hujan kurang lebih 25-30 cm per tahun, hujan turun
tidak teratur, porositas (peresapan air) tinggi, dan drainase (aliran air) cepat.
4) Gurun
Gurun
terdapat di daerah tropik yang berbatasan dengan padang rumput. Ciri-ciri ekosistem gurun adalah gersang dan curah hujan rendah (25 cm/tahun). Perbedaan suhu antara siang dan malam sangat
besar.
5) Hutan
Gugur
Hutan gugur
terdapat di daerah beriklim sedang yang memiliki emapt musim, ciri-cirinya
adalah curah hujan merata sepanjang tahun. Jenis pohon sedikit (10 s/d 20) dan
tidak terlalu rapat.
6) Taiga
Taiga
terdapat di belahan bumi sebelah utara dan di
pegunungan daerah tropik, ciri-cirinya adalah suhu di musim dingin rendah.
7) Tundra
Tundra
terdapat di belahan bumi sebelah utara di dalam lingkaran kutub utara dan terdapat di puncak-puncak
gunung tinggi. Pertumbuhan tanaman di daerah ini hanya 60 hari.
Karst
berawal dari nama kawasan batu gamping di wilayah Yugoslavia. Kawasan karst di Indonesia rata-rata mempunyai ciri-ciri yang hampir sama yaitu,
tanahnya kurang subur untuk pertanian, sensitif terhadap erosi, mudah
longsor, bersifat rentan dengan pori-pori aerasi yang
rendah, gaya permeabilitas yang lamban
dan didominasi oleh pori-pori mikro. Ekosistem karst mengalami keunikan
tersendiri, dengan keragaman aspek biotis yang tidak dijumpai di ekosistem
lain.
c. Buatan
Ekosistem
buatan adalah ekosistem yang diciptakan manusia untuk memenuhi kebutuhannya.
Ekosistem buatan mendapatkan subsidi energi dari luar, tanaman atau hewan
peliharaan didominasi pengaruh manusia, dan memiliki keanekaragaman rendah.
Contoh ekosistem buatan adalah:
5) Perkebunan sawit,
7) Ekosistem
ruang angkasa.
Ekosistem
kota memiliki metabolisme tinggi sehingga butuh energi yang banyak. Kebutuhan
materi juga tinggi dan tergantung dari luar, serta memiliki pengeluaran yang
eksesif seperti polusi dan panas.
Ekosistem
ruang angkasa bukan merupakan suatu sistem tertutup yang dapat memenuhi sendiri
kebutuhannya tanpa tergantung input dari luar. Semua ekosistem dan kehidupan
selalu bergantung pada bumi.
E. Manfaat dan
nilai keanekaragaman hayati
Manfaat-manfaat dan nilai-nilai yang terkandung
dalam keanekaragaman hayati, ialah sebagai berikut:
1. Kebutuhan
dasar, yaitu kebutuhan yang bersifat mutlak , seperti:
a. Sandang
(ulat sutra, bulu domba, kapas).
b. Pangan
(serealia/biji - bijian, umbi - umbian, sayur, buah, telur, daging, susu dan
sebagainya).
c. Papan (meranti, jati, sengon, pohon
sawo, dan sebagainya).
d. Udara bersih
(pepohonan).
2. Kebutuhan
Sekunder, kebutuhan untuk lebih menikmati hidup, misalnya:
a. Transportasi
(kuda, onta, sapi).
b. Rekreasi
(hutan, taman bunga, tanaman hias, keindahan bawah laut, hewan piaraan dan
sebagainya).
3. Keanekaragaman
hayati dapat menghasilkan produk berupa materi atau jasa yang manfaatnya dapat
ditukar dengan uang, misalnya bahan kebutuhan pokok atau pangan yang
diperdagangkan, dikatakan memiliki nilai ekonomi.
4. Bagi suatu
negara tertentu, keanekaragaman hayati dapat memberikan kebanggaan karena
keindahan atau kekhasannya, seperti: karapan sapi di madura, ukiran jepara dari
kayu jati, lukisan wayang dari kulit domba dan sebagainya. Keanekaragaman
hayati tersebut memiliki nilai budaya.
5. Keanekaragaman hayati masih terus
diteliti oleh para ahli, karena sebagai sumber ilmu atau tujuan lain
(misalnya :pemuliaan hewan dan tumbuhan, pelestarian alam, pencarian
alternatif bahan pangan dan energi dan sebagainya). jadi keanekaragaman hayati
memiliki nilai pendidikan.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Alam
Indonesia sangat kaya akan keberagaman flora dan fauna, keberagaman tersebut
dikenal dengan keanekaragaman hayati. Keanekaragaman hayati adalah keanekaragaman
makhluk hidup yang menunjukakan keseluruhan variasi gen, spesies, dan
ekosisitem di suatu daerah. Penyebebab keanekaragaman hayati ada 2 faktor,
yaitu faktor genetik dan faktor luar. Faktor genetik relatif konstan / stabil
pengaruhnya terhadap morfologi (fenotip) organisme. Sebaliknya faktor luar
relatif labil pengaruhnya terhadap morfologi (fenotip).
Tidak ada makhluk hidup yang bisa hidup sendiri,
terpisah dan terasing dari makhluk hidup lain. Manusia, hewan, dan tumbuhan
adalah makhluk hidup, mereka butuh makanan dan tempat hidup yang nyaman untuk
hidup. Dengan demikian terjadi hubungan saling ketergantungan antar makhluk
hidup dan juga antar makhluk hidup dengan lingkungannya. Hubungan saling
mempengaruhi yang terjadi antar makhluk hidup dengan lingkungan untuk
membentuk suatu sistem yang disebut ekosistem. Ekosistem terbentuk dari
komponen hidup (biotik), dan komponen tidak hidup (abiotik). Kedua komponen ini
sangat mempengaruhi distribusi persebaran organisme pada tempat yang berbeda-beda.
B. SARAN
Diharapkan bagi pembaca agar dapat melestarikan
keanekaragaman hayati agar tidak punah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berkomentar asalkan dengan bahasa yang sopan..ok??