BAB
I
PENDAHULUAN
Kepulauan
Indonesia yang didiami oleh bermacam- macan suku bangsa, golongan, agama,
kebudayaan dan adat istiadat yang berbeda menggambarkan bahwa bangsa Indonesia
majemuk .Kemajemukan itu meliputi aspek kehidupan, seperti politik, ekonomi,
social budaya dan lainya yang memungkinkan nilai positif dan negative terhadap
bangsa Indonesia. Bhineka Tunggal Ika artinya berbeda-beda tapi tetap satu, ini
menggambarkan bahwa bangsa Indonesia beraneka ragam suku, adat istiadat, agama,
dan bahasa daerah.
Beberapa
pengamat agama berkaliber intenasional beranggapan bahwa negara Indonesia
adalah negara yang mampu meciptakan dan memelihara hubungan antar agama dengan
baik, sehingga seringkali dijadikan sebagai teladan dalam hal kerukunan antar
umat beragama. Bagi penduduk Indonesia, pandangan semacam ini bukanlah hal yang
gampang diterima begitu saja, jika melihat bagaimana maraknya problem-problem
kesenjangan atau ketidak harmonisan antar umat beragama yang sering berujung
pada kekerasan fisik. Tapi bagaimanapun juga, dibandingkan dengan situasi
hubungan agama dinegara lain, situasi di Indonesia memang lebih memberikan
harapan.
Sebenarnya, ketidak harmonisan hubungan antar agama dimotori oleh satu faktor utama, kurangnya rasa toleransi setiap pemeluk agama terhadap agama yang lainnya. Jika ditelusuri lebih lanjut, setiap agama mengajarkan kebaikan dan menolak kekerasan.
Sebenarnya, ketidak harmonisan hubungan antar agama dimotori oleh satu faktor utama, kurangnya rasa toleransi setiap pemeluk agama terhadap agama yang lainnya. Jika ditelusuri lebih lanjut, setiap agama mengajarkan kebaikan dan menolak kekerasan.
Dalam
ajaran Islam misalnya, ada konsep -فمن شاء فاليؤمن ومن شاء فليكفر- melalui konsep diatas,
Islam memproklamirkan kebebasan untuk memeluk agama dan anjuran untuk tidak
memaksa dan memprovokasi seseorang untuk memeluk agama tertentu.
Dalam agama hindu dan budha, ada konsep yang sangat menjunjung tinggi derajat makhluk lainnya. Para pemeluk agama hindu dilarang menyakiti dan membunuh seekor nyamuk yang menggigitnya, karena hal ini dianggap sebagai bagian dari meditasi yang biasa mereka lakukan. Jika pada binatang saja mereka memiliki sikap toleransi, bagaimana terhadap manusia?
Dalam agama hindu dan budha, ada konsep yang sangat menjunjung tinggi derajat makhluk lainnya. Para pemeluk agama hindu dilarang menyakiti dan membunuh seekor nyamuk yang menggigitnya, karena hal ini dianggap sebagai bagian dari meditasi yang biasa mereka lakukan. Jika pada binatang saja mereka memiliki sikap toleransi, bagaimana terhadap manusia?
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Latar
Belakang
Pada era globalisasi sekarang ini, umat beragama dihadapkan
pada serangkaian tantangan baru yang tidak terlalu berbeda dengan yang pernah
dialami sebelumnya. Perbedaan agama adalah fenomena nyata yang ada dalam
kehidupan, karena itu toleransi sangat dibutuhkan.
Semua orang tahu bahwa agama Islam adalah agama yang paling
toleran terhadap pemeluk agama dan kepercayaan lain. Seseorang tidak pernah
dipaksa masuk kedalam agama Islam, bila dia tidak mau. Dalam sejarah belum
pernah terjadi, ada seseorang masuk Islam karena dipaksa, diancam atau
diintimidasi. Sebab dalam pandangan Islam, setiap orang wajib dihormati
kebebasanya dalam menentukan jalan hidupnya.
Kebebasan dan toleransi merupakan dua hal yang seringkali
dipertentangkan dalam kehidupan manusia. Secara khusus dalam komunitas yang
beragam dan akan lebih rumit ketika dibicarakan dalam wilayah agama. Kebebasan
beragama dianggap sebagai sesuatu yang menghambat kerukunan tidak adanya
toleransi), karena dalam pelaksanaan kebebasan mustahil seseorang tidak
menyentuh kenyamanan orang lain. Akibatnya, pelaksanaan kebebasan menghambat
jalannya kerukunan antarumat beragama.
Kebebasan beragama pada hakikatnya adalah dasar bagi
terciptanya kerukunan antar umat beragama. Tanpa kebebasan beragama tidak
mungkin ada kerukunan antar umat beragama. Kebebasan beragama adalah hak setiap
manusia. Hak untuk menyembah Tuhan diberikan oleh Tuhan, dan tidak ada seorang
pun yang boleh mencabutnya.
Demikian juga sebaliknya, toleransi antarumat beragama adalah cara agar kebebasan beragama dapat terlindungi dengan baik. Kebebasan dan toleransi tidak dapat diabaikan. Namun yang sering kali terjadi adalah penekanan dari salah satunya, misalnya penekanan kebebasan yang mengabaikan toleransi dan usaha untuk merukunkan dengan memaksakan toleransi dengan membelenggu kebebasan. Untuk dapat mempersandingkan keduanya, pemahaman yang benar mengenai kebebasan beragama dan toleransi antar umat beragama merupakan sesuatu yang penting dalam kehidupan sehari-hari dalam bermasyarakat.
Demikian juga sebaliknya, toleransi antarumat beragama adalah cara agar kebebasan beragama dapat terlindungi dengan baik. Kebebasan dan toleransi tidak dapat diabaikan. Namun yang sering kali terjadi adalah penekanan dari salah satunya, misalnya penekanan kebebasan yang mengabaikan toleransi dan usaha untuk merukunkan dengan memaksakan toleransi dengan membelenggu kebebasan. Untuk dapat mempersandingkan keduanya, pemahaman yang benar mengenai kebebasan beragama dan toleransi antar umat beragama merupakan sesuatu yang penting dalam kehidupan sehari-hari dalam bermasyarakat.
B. Pengertian
Toleransi
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, Toleransi yang berasal
dari kata “toleran” itu sendiri berarti bersifat atau bersikap menenggang
(menghargai, membiarkan, membolehkan), pendirian (pendapat, pandangan,
kepercayaan, kebiasaan, dan sebagainya) yang berbeda dan atau yang bertentangan
dengan pendiriannya.Toleransi juga berarti batas ukur untuk penambahan atau
pengurangan yang masih diperbolehkan.
Dalam bahasa Arab, toleransi biasa disebut “ikhtimal, tasamuh” yang artinya sikap membiarkan, lapang dada (samuha-yasmuhu-samhan, wasimaahan, wasamaahatan) artinya: murah hati, suka berderma (kamus Al Muna-wir hal.702). Jadi, toleransi (tasamuh) beragama adalah menghargai dengan sabar, menghormati keyakinan atau kepercayaan seseorang atau kelompok lain.
Dalam bahasa Arab, toleransi biasa disebut “ikhtimal, tasamuh” yang artinya sikap membiarkan, lapang dada (samuha-yasmuhu-samhan, wasimaahan, wasamaahatan) artinya: murah hati, suka berderma (kamus Al Muna-wir hal.702). Jadi, toleransi (tasamuh) beragama adalah menghargai dengan sabar, menghormati keyakinan atau kepercayaan seseorang atau kelompok lain.
Kesalahan memahami arti toleransi dapat mengakibatkan
talbisul haqbil bathil (mencampuradukan antara hak dan bathil) yakni suatu
sikap yang sangat terlarang dilakukan seorang muslim, seperti halnya nikah
antar agama yang dijadikan alasan adalah toleransi padahal itu merupakan sikap
sinkretisme yang dilarang oleh Islam. Sinkretisme adalah membenarkan semua
agama. Sebagaimana yang telah dijelaskan diayat quran dibawah ini, Allah SWT berfirman:
“ Sesungguhnya agama (yang diridhai)
disisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al
Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka karena kedengkian (yang
ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka
sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya”. (QS.Ali Imran: 19)
C. Pandangan
Islam Mengenai Silaturahmi
Untuk terciptanya kehidupan yang rukun, damai dan sejahtera,
Islam tidak hanya mengajarkan umatnya untuk semata beribadah kepada Allah SWT.
Melainkan Islam justru sangat menekankan umatnya untuk membina dan menjalin
silaturahmi yang baik dengan tetangga dan lingkungannya.
Islam adalah agama yang universal artinya rahmatan lil
alamin. Umat Islam yang sangat menginginkan hidupnya mendapatkan ridha Allah
SWT selalu namanya berpegang dengan ajaran Islam, dimana hubungan secara
vertical kepada Allah senantiasa harus dibina tetapi karena manusia mahluk
social maka dia harus membina hidup bermasyarakat artinya berhubungan dengan
tetangga secara baik .
Islam sangat menjunjung tinggi silaturahmi dan cara
memuliakan tetangga. Hal ini tercantum didalam ayat suci Al-Quran dan hadist,
berikut dalilnya:
“Hai manusia sesungguhnya kami
menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan
kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang
yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah maha mengetahui dan maha
mendengar”. (QS Al-Hujurat:13)
Dari Abu Hurairah ra. Dia berkata:
Rosulullah SAW bersabda: Barang siapa senang diperluas rezekinya diperpanjang
umurnya 1) hendaklah bersilaturahmi. Riwayat Bukhari.
Dari ra dia berkata: Rosulullah SAW
Bersabda: Apabila engkau masak kuah, berilah air yang banyak dan perhatikan hak
tetanggamu. Riwayat Muslim.
Dari beberapa hadist diatas menandakan bahwasannya
Rosulullah SAW sangat memuliakan tetangga. Karena dengan kita memuliakan
tetangga banyak sekali manfaatnya. Selain itu aplikasi dalam kehidupannya,
kebersamaan hidup antara orang-orang Islam dengan non Islam sebenarnya telah
dicontohkan oleh Rosulullah ketika beliau dengan para sahabat mengawali hidup
di Madinah setelah hijrah. Dimana Rosulullah mengikat perjanjian penduduk
Madinah yang terdiri dari orang-orang kafir dan muslim untuk saling membantu
dan menjaga keamanan kota Madinah dari gangguan.
D. Manfaat
Toleransi Hidup Beragama Dalam Pandangan Islam
1. Menghindari Terjadinya
Perpecahan
Bersikap toleran merupakan solusi agar
tidak terjadi perpecahan dalam mengamalkan agama. Sikap bertoleransi harus
menjadi suatu kesadaran pribadi yang selalu dibiasakan dalam wujud interaksi
sosial. Toleransi dalam kehidupan beragama menjadi sangat mutlak adanya dengan
eksisnya berbagai agama samawi maupun agama ardli dalam kehidupan umat manusia
ini.
Dalam kaitanya ini Allah telah mengingatkan
kepada umat manusia dengan pesan yang bersifat universal, berikut firman Allah
SWT:
“Dia telah
mensyari’atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada
Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan
kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu : Tegakkanlah agama dan janganlah kamu
berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu
seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang
dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada -Nya orang yang
kembali.”(As-Syuro:13)
”Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah,
dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu
ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan
hatimu, lalu menjadilah kamu Karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara;
dan kamu Telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari
padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu
mendapat petunjuk.” (Al-Imran:103)
Pesan universal ini merupakan pesan kepada
segenap umat manusia tidak terkecuali, yang intinya dalam menjalankan agama
harus menjauhi perpecahan antar umat beragama maupun sesama umat beragama.
2. Memperkokoh Silaturahmi dan
Menerima Perbedaan
Salah satu wujud dari toleransi hidup
beragama adalah menjalin dan memperkokoh tali silaturahmi antarumat beragama
dan menjaga hubungan yang baik dengan manusia lainnya. Pada umumnya, manusia
tidak dapat menerima perbedaan antara sesamanya, perbedaan dijadikan alasan
untuk bertentangan satu sama lainnya. Perbedaan agama merupakan salah satu
faktor penyebab utama adanya konflik antar sesama manusia.
Merajut hubungan damai antar penganut agama
hanya bisa dimungkinkan jika masing-masing pihak menghargai pihak lain.
Mengembangkan sikap toleransi beragama, bahwa setiap penganut agama boleh
menjalankan ajaran dan ritual agamanya dengan bebas dan tanpa tekanan. Oleh karena
itu, hendaknya toleransi beragama kita jadikan kekuatan untuk memperkokoh
silaturahmi dan menerima adanya perbedaan. Dengan ini, akan terwujud
perdamaian, ketentraman, dan kesejahteraan.
E. Dari Persaingan, Toleransi,
Menuju Kerjasama.
A.
Era Persaingan
Pada masa penjajahan,
hubungan antar agama sangat diwarnai oleh campur tangan pemerintah kolonial.
Saat itu, persaingan antar agama terjadi dalam hal kegiatan missioner dari
agama-agama tersebut. Dalam kehidupan keagamaan dalam masyarakat, pemerintah
kolonial selalu bersikap ekstra siaga untuk mencegah bentrokan antar agama.
Jadi wujud persaingan saat itu hanyalah persaingan antar lembaga yang bersifat
doktriner. Setiap agama beranggapan bahwa dirinyalah satu-satunya agama yang
benar dan menganggap yang lain salah tanpa melihat sesuatu yang berharga dari
agama lain. Hingga kini, semangat persaingan ini masih banyak diwarisi oleh
banyak orang, meski mulai muncul kecederungan baru yang lebih inklusif.
B.
Munculnya Sikap Baru Dalam Beragama
Di Indonesia, hubungan
antar agama mulai memasuki era baru yang lebih menekankan toleransi sejak awal
orde baru. Hal ini tidak bisa dilapaskan dari kepantinga pemerintah yang
mengupayakan political stability sebagai syarat awal berjalannya roda
pemerintahan baru. BJ. Boland melukiskan ketegangan antara umat islam dan
Kristen dalam ucapannya: “Demikianlah setelah tahun 1965, ketegangan besar
timbul antra pengiku organisasi-organisasi islam dan golongan lainnya
dikalangan penduduk khususnya dengan kaum muslimin awam serta mereka yang bukan
islam. Namun, ketegangan tersebut tampaknya memusat serta bermuara pada
pertentangan dengan umat Kristen”.
Untuk mengatasi
ketegangan tersebut, pemerintah mengupayakan dialog atau musyawarah antar agama
untuk membicarakan persoalan penyebaran agama demi menjaga persatuan dan
kesatuan bangsa Indonesia.
Dalam skala
intenasional, diadakan dialog IAHR yang diselenggarakan diTokyo pada tahun
1958, dalam acara tersebut, Friedrich Heiler menyampaikan sebuah makalah
berjudul “The History of Religion as a Way to Unity of Religions” yang
menjelaskan usaha kesatuan semua agama sebagai sebuah tugas terpenting ilmu
perbandingan agama. Ia juga berpendapat bahwa siapapun yang mengakui kesatuan
harus memperlakukannya secara sungguh-sungguh melalui sikap toleransi dalam
kata dan perbuatan.
Rasa saling menghormati dan
menghargai itulah yang dinamakan toleransi. Munculnya observasi-observasi kaum
“liberalis” seperti Ramohun Ray (1772-1833), seorang pendiri indu samaj yang
telah mempelajari islam berpendapat bahwa semua agama besar didunia adalah
mengandung kebenaran yang sama. Ia juga menganjurkan pendekatan multi-iman
dalam menghadapi masalah keagamaan.
Ramakrishna (1834-1886) melakukan eksperimen menyangkut apa yang dianggapnya sadhana islam dan Kristen untuk mencapai ketenteraman spiritual. Ia mengaku mendapatkan visi tentang jesusu dan Muhammad dan berpendapat bahwa perbedaan antar disiplin spiritual sebenarnya tidaklah begitu penting, yang terpenting adalah visi spiritual tentang sebuah realitas.
Ramakrishna (1834-1886) melakukan eksperimen menyangkut apa yang dianggapnya sadhana islam dan Kristen untuk mencapai ketenteraman spiritual. Ia mengaku mendapatkan visi tentang jesusu dan Muhammad dan berpendapat bahwa perbedaan antar disiplin spiritual sebenarnya tidaklah begitu penting, yang terpenting adalah visi spiritual tentang sebuah realitas.
Amerika serikat juga
mensponsori penyelenggaraan berbagai pertemuan internasional. Di tahun 1918,
dibentuklah sebuah “league of Neighbours” yang berusaha menyatukan suku-suku,
dan pada tahun 1924 berdiri organisasi “Fellowship of Faiths” yang bertujuan
mencapai kesatuan spiritual. Di Eropa, proposal-proposal disusun untuk
menyelenggarakan “World Converence for International Peace through Religion”.
Di
berbagi suku dan pulau kita mempunyai bermacam agama dan bahasa yang berbeda
satu sama lain.maka dari itu sangatlah penting hormat menghormati antara agama
satu sama lain sesuai dengan kepecayaan yang di anut.Ada berberapa agama yang
di anut dan di percayakan yaitu agama islam,Kristen,hindu,buda sangatlah
penting menghargai agama satu sama lain dengan mempererat tali persaudaraan
antara suku – suku lain dan perbedaan agama lain kita tetap 1 kewargaan
Indonesia.Negara yang makmur yang tentaram tidak ada perbedaan agama dan
kesalah pahaman antara agama yang satu dengan yang lain atau keributan apalagi
menyebabkan bom dan kerusuhan akibat kesalah pahaman antar satu sama lain. Dan
menyebabkan koraban akibat kesalah pahaman Maka dari itu sangatlah penting kita
menumbuhkan rasa saling menghargai antara agama sesuai kepecayaan yang di anut.
Keanekaragaman
itu bukanlah sesuatu yang harus dipermasalahkan. Dari perbedaan-perbedaan itu
seharusnya kita memiliki tujuan dan cita-cita perjuangan yang sama, yaitu
mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur yang merata material dan spiritual tentram dan damai berdasarkan Pancasila. Apalagi situasi negara kita sedang menata kehidupan yang lebih baik, melakukan reformasi di semua bidang menuju Indonesia Baru yang demokratis adil dan makmur . Toleransi sejati didasarkan pada sikap hormat terhadap martabat manusia, hati nurani dan keyakinan serta keikhlasan sesama apapun agama, suku, golongan, ideologi, atau pandangannya.. Toleransi antar umat beragama bila kita bina dengan baik akan dapat menumbuhkan sikap hormat menghormati antar pemeluk agama sehingga tercipta suasana yang tenang, Contoh pelaksanaan toleransi antara umat beragama dapat kita lihat seperti:
mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur yang merata material dan spiritual tentram dan damai berdasarkan Pancasila. Apalagi situasi negara kita sedang menata kehidupan yang lebih baik, melakukan reformasi di semua bidang menuju Indonesia Baru yang demokratis adil dan makmur . Toleransi sejati didasarkan pada sikap hormat terhadap martabat manusia, hati nurani dan keyakinan serta keikhlasan sesama apapun agama, suku, golongan, ideologi, atau pandangannya.. Toleransi antar umat beragama bila kita bina dengan baik akan dapat menumbuhkan sikap hormat menghormati antar pemeluk agama sehingga tercipta suasana yang tenang, Contoh pelaksanaan toleransi antara umat beragama dapat kita lihat seperti:
a.
membangun jembatan,
b. memperbaiki tempat-tempat umum,
c. membantu orang yang kena musibah banjir,
d. membantu
korban kecelakaan lalu-lintas.damai dan tenteram dalam kehidupan beragama
termasuk dalam melaksanakan ibadat sesuai dengan agama dan keyakinannya.
Jadi, bentuk kerjasama ini harus kita wujudkan
dalam kegiatan yang bersifat social kemasyarakatan dan tidak menyinggung
keyakinan agama masing-masing. Hidup rukun dan bertoleransi tidak berarti bahwa
agama yang satu dan agama yang
lainnya dicampuradukkan. Jadi sekali lagi melalui toleransi ini diharapkan terwujud
ketenangan, ketertiban, serta keaktifan menjalankan ibadah menurut agama dan
keyakinan masing-masing. Dengan sikap saling menghargai dan saling menghormati
itu, akan terbina peri kehidupan yang rukun, tertib, dan damai.
telah dijelaskan bahwa sikap toleransi tidak berarti membenarkan
orang lain berpendapat lain yang tidak sesuai dengan hak asasi, karena pengertian
toleransi itu sendiri juga berarti suatu sikap perbuatan yang dilandasi oleh kasih sayang
sesama manusia.
lainnya dicampuradukkan. Jadi sekali lagi melalui toleransi ini diharapkan terwujud
ketenangan, ketertiban, serta keaktifan menjalankan ibadah menurut agama dan
keyakinan masing-masing. Dengan sikap saling menghargai dan saling menghormati
itu, akan terbina peri kehidupan yang rukun, tertib, dan damai.
telah dijelaskan bahwa sikap toleransi tidak berarti membenarkan
orang lain berpendapat lain yang tidak sesuai dengan hak asasi, karena pengertian
toleransi itu sendiri juga berarti suatu sikap perbuatan yang dilandasi oleh kasih sayang
sesama manusia.
Manusia
sebagai makhluk sosial tidak bisa hidup sendiri, sudah pasti memerlukan orang lain.
Contoh: sebagian rezeki kita, datang lewat rezeki orang lain. Sebagian dari
keberlangsungan kehidupan kita, bergantung pada keberadaan orang lain. Sebagian
dari kesuksesan kita, bertumpu kepada kesuksesan orang lain. Adakah yang bisa hidup
sendiri di dunia ini tanpa orang lain? Sulit, bahkan mustahil.
keberlangsungan kehidupan kita, bergantung pada keberadaan orang lain. Sebagian
dari kesuksesan kita, bertumpu kepada kesuksesan orang lain. Adakah yang bisa hidup
sendiri di dunia ini tanpa orang lain? Sulit, bahkan mustahil.
Dalam
kaitan dengan baik buruknya perilaku kita, ketergantungan itu juga ada.
Setidaknya,kita perlu bantuan orang lain untuk menjadi baik, minimal sebagai
mitra, sahabat, atausaudara yang mengingatkan di kala kita lalai, yang menuntun
kita saat kita tersesat,yang membimbing kita ketika kita kebingungan. Demikian
pula Anda sebagai seorang siswa secara tidak langsung sering mendapatkan
kasih sayang baik dari guru Anda maupun dari kedua orangtua, Norma agama mengajarkan kepada manusia untuk berbuat kebajikan kepada sesama
karena manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang memiliki harkat dan martabat sama serta memiliki akal dan budi yang mulia. Dengan akal dan budinya, manusia wajib menjalin hubungan baik dengan lingkungan hidupnya, dengan sikap saling menghormati dan saling mengasihi. Setiap manusia dikaruniai hak-hak asasi yang harus dihormati oleh orang lain.Manusia yang percaya dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa akan selalu berbuat baik dan bersikap toleran terhadap manusia lain.
kasih sayang baik dari guru Anda maupun dari kedua orangtua, Norma agama mengajarkan kepada manusia untuk berbuat kebajikan kepada sesama
karena manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang memiliki harkat dan martabat sama serta memiliki akal dan budi yang mulia. Dengan akal dan budinya, manusia wajib menjalin hubungan baik dengan lingkungan hidupnya, dengan sikap saling menghormati dan saling mengasihi. Setiap manusia dikaruniai hak-hak asasi yang harus dihormati oleh orang lain.Manusia yang percaya dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa akan selalu berbuat baik dan bersikap toleran terhadap manusia lain.
Toleransi dalam beragama bukan berarti kita harus hidup
dalam ajaran agama lain.Namun toleransi dalam beragama yang dimaksudkan disini
adalah meng- hormati agama lain. Dalam bertoleransi janganlah kita
berlebih-lebihan sehingga sikap dan tingkah laku kita mengganggu hak-hak dan
kepentingan orang lain. Lebih baik toleransi itu kita terapkan dengan
sewajarnya. Jangan sampai toleransi itu menyinggung perasaan orang lain.
Toleransi juga hendaknya jangan sampai merugikan kita, contohnya ibadah dan
pekerjaan kita.
BAB III
KESIMPULAN
Kurangnya rasa toleransi dapat
menyebabkan berbagai ketidak harmonisan hubungan yang berujung pada kekerasan
fisik. Banyaknya, konflik yang berkedok agama adalah bukti betapa pentingnya
toleransi. Invasi Israel (yang penduduknya mayoritas beragama yahudi) terhadap
Palestina (yang mayoritas muslim), adalah satu dari sekian banyaknya tragedi
kemanusiaan yang melibatkan agama di dalamnya. Pemupukan rasa tersebut haruslah
dimulai sejak dini, karena akan sangat berpengaruh pada masa depan seseorang.
Pandangan barat terhadap kondisi
dan situasi di Indonesia memberikan tugas berat bagi kita –selalu menjaga
keharmonisan hubungan antar umat beragama- dan hal itulah yang menjadi
tantangan terberat kita saat ini. Mungkin kita harus bertanya kembali kepada
diri kita sendiri, apakah kita telah memiliki rasa toleransi? Dan apakah kita
telah meng-aplikasikannya dalam kehidupan kita sehari-hari?… hanya hati nurani
kitalah yang kan menjawabnya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Dialog: Kritik dan Identitas Agama-seri DIAN tahun I, Yogyakarta: LKiS, tt.
2. Djam’annuri, Studi Agama-Agama, Yogyakarta: Pustaka Rihlah, 2003.
3. Durkheim, Emile, Sejarah Agama, Yogyakarta: IRCiSoD, 2005.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berkomentar asalkan dengan bahasa yang sopan..ok??