BAB
I
PENDAHULUAN
Latar
Belakang
Setelah pemerintahan Dinasti Umayyah,
digantikan oleh pemerintahan dinasti Abbasiyah. Dinasti Abbasiyah merupakan
dinasti kedua dalam sejarah pemerintahan umat Islam. Abbasiyah dinisbatkan
kepada al-Abbas paman Nabi Muhammad SAW, Berdirinya dinasti ini sebagai bentuk
dukungan terhadap pandangan yang diserukan oleh Bani Hasyim setelah wafatnya
Rasulullah SAW. yaitu menyandarkan khilafah kepada keluarga Rasul dan
kerabatnya.
Lima tahun setelah berdirinya
kekhalifahan Abbasiyah, Abd Al-Rohman muda satu-satunya keturunan dinasti
Umayyah yang luput dari pembantaian masal yang menandai naiknya reim baru, tiba
disebelah tempat, jauh di daratan Kordova Spanyol satu tahun kemudian, tahun
756 dia mendirikan dinasti yang kelak akan menjadi dinasti yang besar. Ketika
itu propinsi pertamanya yang kelak akan mengungguli kemajuan imperium Abbasiyah
masih sedang berkembang, begitu pula propinsi-propinsi lain yang segera
menyusul. Kerajaan Idrisiyah di Maroko (788—974) adalah dinasti Syiah pertama
dalam sejarah, mereka menghimpun kekuatannya dari kalangan Ber-Ber yang
meskipun kaum Suni, mereka siap mendukung perpecahan. Karena terkepung diantara
Fatimiyah Mesir dan Umayah Spanyol, dinasti mereka akhirnya hancur oleh
serangan mematikan yang dilancarkan oleh seorang jendral utusan Khalifah
Al-Hakam II dari Kordova.
Dinasti Fatimiah merupakan sebuah
dinasti yang didirikan di benua Afrika pada penghujung tahun 200 an Hijriah
atau sekitar tahun 910 Masehi, dinasti ini berpahaman syiah, dari permulaan
pembentukannya dinasti ini bertujuan untuk menjalankan ideologi syiah dan ingin
melepaskan diri dari kekuasaan Daulah Abbasiah di Baghdad yang berideologi
Sunnah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah
Berdirinya Dinasti Abbasiyah
Kekuasaan
Dinasti Bani Abbasiyah adalah melanjutkan kekuasaan Dinasti Bani Umayyah.
Dinamakan Daulah Abbasiyah karena para pendiri dan penguasa Dinasti ini adalah
keturunan Abbas, paman Nabi Muhammad SAW. Dinasti Abbasiyah didirikan oleh
Abdullah al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn al-Abbass. Dia
dilahirkan di Humaimah pada tahun 104 H. Dia dilantik menjadi Khalifah pada
tanggal 3 Rabiul awal 132 H. Kekuasaan Dinasti Bani Abbasiyah berlangsung dari
tahun 750-1258M.
Pada abad
ketujuh terjadi pemberontakan diseluruh negeri. Pemberontakan yang paling
dahsyat dan merupakan puncak dari segala pemberontakan yakni perang antara pasukan
Abbul Abbas melawan pasukan Marwan ibn Muhammad (Dinasti Bani Umayyah). Yang
akhirnya dimenangkan oleh pasukan Abbul Abbas. Dengan jatuhnya negeri Syiria,
berakhirlah riwayat Dinasti Bani Umayyah dan bersama dengan itu bangkitlah
kekuasaan Abbasiyah. Dari sini dapat diketahui bahwa bangkitnya Daulah
Abbasiyah bukan saja pergantian Dinasti akan tetapi lebih dari itu adalah
penggantian struktur sosial dan ideologi, sehingga dapat dikatakan kebangkitan
Daulah Bani Abbasiyah merupakan suatu revolusi.
B. Munculnya dinasti-dinasti kecil
Lima tahun
setelah berdirinya kekhalifahan abbasiah , abdal rahman muda, satu
satunya keturunan dinasti umayyah yang luput dari pembantaian masal yang
menandai naiknya rezim baru. tiba di sebuah tempat jauh di daratan
cordova spanyol. Satu tahun kemudian ,yaitu tahun 756 dia mendirikan
sebuah dinasti yang kelak menjadi dinasti yang besar ,ketika itu provinsi
pertamanya yang akan mengungguli kemajuan imperium abbasiah masih sedang
berkembang , begitu pula provinsi – provinsi lain yang segera menyusul.ini di
semua disebabkan karena lemahnya para khalifah abbasiah.
Kemunduran Bani
Abbas yang disebabkan oleh berbagai faktor mengakibatkan banyak daerah
memerdekakan diri. Faktor-faktor tersebut antara lain:
1.
Keluasan wilayah kekuasaan daulat
Abbasiyah yang tidak diimbangi dengan upaya komunikasi yang baik antara pusat
dengan daerah.
2.
Tingkat kepercayaan dialektis para
penguasa dan pelaksana pemerintahan sangat rendah.
3. Keprofesionalan angkatan bersenjata
mengakibatkan tingkat ketergantungan khalifah kepada mereka sangat tinggi.
4.
Kesulitan kondisi keuangan negara.
5.
Perebutan kekuasaan di pusat
pemerintahan. Setelah kekuasaan berada di tangan orang-orang
C. Dinasti
Aghlabiah
Ketika idrisiah
meluaskan daerah kekuasaannya di bagian barat afrika utara , aghlabiah sunni
juga melakukan hal yang sama di timur. Diluar wilayah yang dinamakan ifriqiah
(afrika kecil terutama tunisi), sempalan dari Afrika Latin, Harun Al Rasyid
telah mengangkat Ibrahim Al Aghlab sebagai Gubernur. Ibn Al Aghlab( 800-811) memerintah
sebagai penguasa yang berdiri sendiri, dan setahun setelah pengangkatannya, tak
satu pun khalifah Abbasiyah yang menjalankan kekuasaan di luar perbatasan barat
Mesir. Aghlabiyah merasa puas dengan gelar amir, tetapi tidak merasa perlu
mencantumkan gelar khalifah di mata uang mereka, sekalipun sebagai bukti
kekuasaan spiritualnya. Dari ibukotanya Kairawan, sampai ke kartago, mereka
menguasai mediterania tengah selama berabad-abad kejayaan mereka.( lihat philip
k hitti hal 571)
Banyak penerus
Ibrahim yang terbukti sama bersemangatnya dengan Ibrahim sendiri. Dinasti itu
menjadi salah satu titik penting dalam sejarah konflik berkepanjangan antara
Asia dan Eropa. Dengan armadannya yang lengkap, mereka memporak- porandakan
kawasan pesisir Italia, Perancis, Kosika dan Sardinia. Salah satu dari mereka,
Ziyadat Allah I ( 817-838), pada 827 mengirim ekspedisi ke Sisilia Bizantiyum,
yang didahului oleh operasi bajak laut. Ekspedisi ini, juga ekspedisi-ekspedisi
berikutnya berhasil menaklukkan pulau itu pada 902. Sisilia, Malta dan Sardinia
juga berhasil direbut, terutama oleh para bajak laut yang operasinya meluas
jauh sampai ke Roma. Pada saat yang sama, para pelaut muslim dari Kreta
terus-menerus menyerbu pulau-pulau kecil di laut Aegea, dan pada pertengahan abad
pertengahan abad kesepuluh, mereka menyerang kawasan pesisir Yunani. Tiga
prasasti Kufik yang ditemukan di Atena mengungkapkan adanya pemukiman Arab di
sana, yang diduga bertahan sampai awal abad kesepuluh.
Mesjid besar
Kairawan, yang masih berdiri sebagai saingan bagi masjid-masjid termasyhur di
Timur, mulai dibangun di bawah kekuasaan Ziyadat Allah dan di sempurnakan oleh
Ibrahim II (874-902). Tempat berdirinya mesjid itu juga merupakan lokasi
berdirinya bangunan suci ‘Uqbah, pendiri Kairawan. Mesjid ‘Uqbah oleh para
penerusnya telah dihiasi dengan pilar-pilar marmer yang didapat dari
puing-puing Kartago, yang kemudian dimanfaatkan lagi oleh penguasa Aghlabiyah.
Menara-persegi yang melengkapi bangunan masjid ini, yang juga merupakan
peninggaln bangsa Umayyah terdahulu, dan termasuk yang paling lama bertahan di
Afrika, memperkenalkan bentuk menara ala Suriah kepada masyarakat Afrika
barat-laut. Model menara itu bahkan tidak pernah tergantikan oleh bentuk-bentuk
lain yang lebih ramping dan tinggi seperti yang ada dalam peninggalan Persia
dan bangunan ala mesir. Dalam gaya Suriah, bata digunakan sebagaimana gaya-gaya
bangunan lain yang menggunakan batu. Berkat mesjid ini, Kairawan, di mata
kalangan muslim barat, menjadi kota suci keempat, setelah Mekkah, Madinah dan
Yerusalem-salah satu dari empat gerbang surga.
Di bawah
kekuasaan Aghlabiyah inilah terjadinya perubahan penting di tengah
kaawsan Afrika kecil. Dari kawasan yang tadinya dihuni oleh para penganut
kristen yang berbicara bahasa Latin menjadi kawasan para penganut Islam yang
berbicara dengan bahasa Arab. Bagaikan rumah judi, Afrika Latin Utara-yang
menopang St. Agustinus dengan lingkungan budayanya-telah runtuh dan tidak
pernah bangkit lagi. Perubahan ini mungkin lebih sempurna dibandingkan perubahan
yang terjadi di kawasan manapun, karena kawsan ini tiak terlalu disentuh oleh
tentara muslim. Pertikaian yang belakangan muncul dipicu oleh sku-suku Berber
yang belum menyerah. Pertikaian ini berbentuk sektarianisme muslim yang
terpecah-belah dan sarat dengan bid’ah.
Penguasa
Aghlabiyah terakhir adalah Ziyadat Allah III (903-909), yang pada 909 melarikan
diri dari serangn Fatimiyah tanpa memberikan perlawanan sedikit pun.
Dinasti
Aghlabiyah adalah salah satu Dinasti Islam di Afrika Utara yang berkuasa selama
kurang lebih l00 tahun (800-909 M). Wilayah kekuasaannya meliputi Ifriqiyah, Algeria
dan Sisilia. Dinasti ini didirikan oleh Ibnu Aghlab (Mufradi, 1997:116). Para penguasa
Dinasti Aghlabiyah yang pernah memerintah adalah sebagai berikut :
1. Ibrahim I ibn al-Aghlab (800-812 M)
2. Abdullah I (8l2-817 M)
3. Ziyadatullah (817-838 M)
4. Abu ‘Iqal al-Aghlab (838-841 M)
5. Muhammad I(841-856 M)
6. Ahmad (856-863 M)
7. Ziyadatullah (863- M)
8. Abu Ghasaniq Muhammad II (863-875 M)
9. Ibrahim II (875-902 M)
10. Abdullah II (902-903 M)
11. Ziyadatullah III (903-909 M)
Aghlabiyah memang
merupakan Dinasti kecil pada masa Abbasiyah, yang para penguasanya adalah
berasal dari keluarga Bani al-Aghlab, sehingga Dinasti tersebut dinamakan
Aghlabiyah. Awal mula terbentuknya Dinasti tersebut yaitu ketika Baghdad
dibawah pemerintahan Harun ar-Rasyid. Di bagian Barat Afrika Utara, terdapat
dua bahaya besar yang mengancam kewibawaannya. Pertama dari Dinasti Idris yang
beraliran Syi’ah dan yang kedua dari golongan Khawarij.
Dengan adanya dua
ancaman tersebut terdoronglah Harun ar-Rasyid untuk menempatkan balatentaranya
di Ifrikiah di bawah pimpinan Ibrahim bin Al-Aghlab. Setelah berhasil
mengamankan wilayah tersebut, Ibrahim bin al-Aghlab mengusulkan kepada Harun ar-Rasyid
supaya wilayah tersebut dihadiahkan kepadanya dan anak keturunannya secara
permanen. Karena jika hal itu terjadi, maka ia tidak hanya mengamankan dan memerintah
wilayah tersebut, akan tetapi juga mengirim upeti ke Baghdad setiap tahunnya sebesar
40.000 dinar. Harun ar-Rasyid menyetujui usulannya, sehingga berdirilah Dinasti
kecil (Aghlabiyah) yang berpusat di Ifrikiah yang mempunyai hak otonomi penuh.
Meskipun demikian masih tetap mengakui akan kekhalifahan Baghdad (Hoeve,1994:
65).
Pendiri Dinasti ini
adalah Ibrahim ibn al-Aghlab pada tahun 800 M. Pada tahun itu Ibrahim diberi
provinsi Ifriqiyah (Tunisia Modern) oleh Harun al-Rasyid sebagai imbalan atas
pajak tahunan yang besarnya 40.000 dinar dan meliputi hak-hak otonom yang besar
(Bosworth,1980:.46). Untuk menaklukkan wilayah baru dibutuhkan suatu proses
yang panjang dan perjuangan yang besar, namun tidak seperti Ifriqiyyah yang
sifatnya adalah pemberian.
Dinasti Aglabiyah
berkuasa kurang lebih dari satu abad, mulai dari tahun 800-909 M. Nama Dinasti
Aglabiyah ini diambil dari nama ayah Amir yang pertama, yaitu Ibrahim bin al-Aglab.
Ia adalah seorang pejabat Khurasan dalam militer Abbasiyah. Pada tahun 800 M. Ibrahim
I diangkat sebagai Gubernur (Amir) di Tunisia oleh Khalifah Harun ar-Rasyid. Karena
ia sangat pandai menjaga hubungan dengan Khalifah Abbasiyah seperti membayar pajak
tahunan yang besar, maka Ibrahimi I diberi kekuasaan oleh Khalifah, meliputi
hak-hak otonomi yang besar seperti kebijaksanaan politik, termasuk menentukan
penggantinya tanpa campur tangan dari penguasa Abbasiyah. Hal ini dikarenakan
jarak yang cukup jauh antara Afrika Utara dengan Bagdad. Sehingga Aglabiyah
tidak terusik oleh pemerintahan Abbasiyah.
Pemerintahan Aghlabiyah pertama berhasil memadamkan gejolak yang muncul dari Kharijiyah Barbar di wilayah mereka. Kemudian di bawah Ziyadatullah I, Aglabiyah dapat merebut pulau yang terdekat dari Tunisia, yaitu Sisilia dari tangan Byzantium 827 M, dipimpin oleh panglima Asad bin Furat, dengan mengerahkan panglima laut yang terdiri dari 900 tentara berkuda dan 10.000 orang pasukan jalan kaki. Inilah ekspedisi laut terbesar. Ini juga peperangan akhir yang dipimpin panglima Asad bin Furad karena itu, ia meninggal dalam pertempuran. Selain untuk memperluas wilayah penaklukan terhadap Sicilia juga bertujuan untuk berjihad melawan orang-orang kafir. Wilayah tersebut menjadi pusat penting bagi penyebaran peradaban Islam ke Eropa Kristen.
Pemerintahan Aghlabiyah pertama berhasil memadamkan gejolak yang muncul dari Kharijiyah Barbar di wilayah mereka. Kemudian di bawah Ziyadatullah I, Aglabiyah dapat merebut pulau yang terdekat dari Tunisia, yaitu Sisilia dari tangan Byzantium 827 M, dipimpin oleh panglima Asad bin Furat, dengan mengerahkan panglima laut yang terdiri dari 900 tentara berkuda dan 10.000 orang pasukan jalan kaki. Inilah ekspedisi laut terbesar. Ini juga peperangan akhir yang dipimpin panglima Asad bin Furad karena itu, ia meninggal dalam pertempuran. Selain untuk memperluas wilayah penaklukan terhadap Sicilia juga bertujuan untuk berjihad melawan orang-orang kafir. Wilayah tersebut menjadi pusat penting bagi penyebaran peradaban Islam ke Eropa Kristen.
Aspek yang menarik pada
Dinasti Aghlabiyah adalah ekspedisi lautnya yang menjelajahi pulau-pulau di Laut
Tengah dan pantai-pantai Eropa seperti pantai Italia Selatan, Sardinia,
Corsica, dan Alpen. Selain itu juga berhasil menaklukan kota-kota pantai Itali,
Brindisi, Napoli, Calabria, Totonto, Bari, dan Benevento. Dan pada tahun 868 M,
mampu menduduki Malpa. Dengan berhasilnya penaklukan-penaklukan di atas Dinasti
Aghlabiyah menjadi Dinasti yang kaya, sehingga para penguasa Aghlabiyah
antusias dalam bidang pembangunan. Keberhasilan penguasaan seluruh pulau
Sisilia inilah yang membuat Aglabiyah unggul di Mediterania Tengah. Kemudian
Aglabiyah melanjutkan serangan-serangannya ke pulau lainnya dan pantai-pantai
di Eropa, termasuk berhasil menaklukan kota-kota pantai Italia Brindisi
(836/221 H.) Napoli (837M), Calabria (838 M), Toronto (840 M ), Bari (840 M), dan
Benevento (840 M). Karena tidak tahan terhadap serangan berkepanjangan dari pasukan
Aghlabiyah pada Bandar-bandar Itali, termasuk kota Roma, maka Paus Yonanes VIII
(872– 840 M) terpaksa minta perdamaian dan bersedia membayar upeti sebanyak 25.000
uang perak pertahun kepada Aglabiyah. Pasukan Aglabiyah juga berhasil menguasai
kota Regusa di pantai Yugoslavia (890 M), Pulau Malta (869 M), menyerang pulau
Corsika dan Mayorka, bahkan mengusai kota Portofino di pantai Barat Italia
(890), kota Athena di Yunani-pun berada dalam jangkauan penyerangan mereka.
Dengan keberhasilan
penaklukan-penaklukan tersebut, menjadikan Dinasti Aglabiyah kaya raya, para
penguasa bersemangat membagun Tunisia dan Sisilia. Ziyadatullah I membangun
masjid Agung Qairuan, sedangkan Amir Ahmad membangun masjid Agung Tunis dan
juga membangun hampir 10.000 benteng pertahanan di Afrika Utara. Tidak cukup
itu, jalan-jalan, pos-pos, armada angkutan, irigasi untuk pertanian (khususnya
di Tunisia Selatan, yang tanahnya kurang subur), demikian pula perkembangan
arsitektur, ilmu, seni dan kehidupan keberagamaan.
Selain sebagai ibu kota
Dinasti Aghlabiyah, Qoiruan juga sebagai pusat penting munculnya mazhab Maliki,
tempat berkumpulnya ulama-ulama terkemuka, seperti Sahnun yang wafat (854 M)
pengarang mudawwanat, kitab fiqih Maliki, Yusuf bin Yahya, yang wafat (901 M),
Abu Zakariah al-Kinani, yang wafat (902 M), dan Isa bin Muslim, wafat (908 M). Karya-karya
para ulama-ulama pada masa Dinasti Aghlabiyah ini tersimpan baik di Masjid Agung
Qairuan.
1. Langkah-langkah Pemimpin Aghlabiyah
a. Penguasa Aghlabiyah pertama berhasil
memadamkan gejolak Kharijiyah Berber diwilayah mereka.
b.
Dilanjutkan dengan dimulainya proyek besar merebut Sisilia dari tangan
Bizantium pada tahun 827 M, dibawah Ziadatullah I yang amat cakap dan energik,
dengan meredakan oposisi internal di Ifriqiyyah yang dilakukan Fuqaha’
(pemimpin–pemimpin religius) Maliki di Qayrawan (Cairovan). Disamping itu,
suatu armada bajak laut dikerahkan, sehingga membuat Aghlabiyah unggul di Mediterania
Tengah dan membuat mereka mampu mengusik pantai Italia Selatan, Sardinia,
Corsica, dan Meriteran Alp. Kemudian Aghlabiah juga berhasil merebut Malta pada
tahun 868 M.
Daerah-daerah tersebut yang menjadi wilayah kekuasaan Dinasti Aghlabiyah.Dengan demikian, pada tahun 878 M sempurnalah penguasaan atas Sisilia, kemudian pulau itu dibawah pemerintahan Muslim. Pertama di bawah kekuasaan Aghlabiyah dan kedua di bawah Gubernur-Gubernur Fathimiyah, sampai penaklukan oleh Norman pada abad XI. Pulau itu menjadi pusat bagi penyebaran kultur Islam ke Eropa KRISTEN.
Daerah-daerah tersebut yang menjadi wilayah kekuasaan Dinasti Aghlabiyah.Dengan demikian, pada tahun 878 M sempurnalah penguasaan atas Sisilia, kemudian pulau itu dibawah pemerintahan Muslim. Pertama di bawah kekuasaan Aghlabiyah dan kedua di bawah Gubernur-Gubernur Fathimiyah, sampai penaklukan oleh Norman pada abad XI. Pulau itu menjadi pusat bagi penyebaran kultur Islam ke Eropa KRISTEN.
2.
Peninggalan-peninggalan Bersejarah
Dinasti Aghlabiah Aghlabiyah adalah pembangun yang penuh semangat. Diantara
bangunan-bangunan peninggalan Aghlabiah adalah:
a.
Pembangunan kembali Masjid Agung Qayrawan
oleh ZiyadatullahI
b.
Pembangunan Masjid Agung Tunis oleh
Ahmad.
c. Pembangunan karya-karya pertanian dan irigasi
yang bermanfaat, khususnya di Ifriqiyah selatan yang kurang subur.
3. Kemunduran Dinasti Aghlabiyah
Menjelang akhir abad IX, posisi
Aghlabiah di Ifqriqiyah menjadi merosot. Hal ini disebabkan karena amir
terakhirnya yaitu Ziyadatullah III tenggelam dalam kemewahan (berfoya-foya),
dan seluruh pembesarnya tertarik pada Syi’ah, juga propaganda Syi’iah, Abu Abdullah.
Perintis Fatimiyah, Mahdi Ubaidillah mempunyai pengaruh yang cukup besar di Barbar,
yang akhirnya menimbulkan pemberontakan militer, dan Dinasti Aghlabiyah dikalahkan
oleh Fatimiyah (909 M), Ziyadatullah III di usir ke Mesir setelah melakukan upaya-upaya
yang sia-sia demi untuk mendapatkan bantuan dari Abbasiah untuk menyelamatkan
Aghlabiah.
BAB III
P E N U T U P
Semasa kepemimpinan khalifah Harun
al-Rasyid mengutus Ibrahim bin al-Aghlab sebagai penguasa Ifriqiyah pada tahun
800 M untuk membendung kekuatan-kekuatan luar khususnya dinasti bergelar Amir.
Kawasan Laut Tengah berhasil ia pengaruhi dan armada lautnya menjadi semacam
polisi di Italia, Prancis, pulau Korsika, dan Pulau Sardinia. Dan mereka pun
berhasil menguasai Pulau Sisilia, Malta, Kreta, dan sampai ke Laut Aegea.
Selama berdiri, dinasti Aghlabiyah
(800-909 M) harus menghadapi dinasti Rustamiyah dan Idrisiyah yang sama-sama
berekspansi ke Maghribi untuk melemahkan kekuasaan Abbasiyah di Afrika dan
sekitarnya. Dinasti yang berpusat di Sijilmasa ini membawa Afrika utara dan
Kawasan pesisir Laut Tengah dalam banyak kemajuan. Ziadatullah al-Aghlabi III
sebagai penguasa terakhir dari dinasti ini akhirnya menutup kejayaan dinasti
ini pada tahun 909 M.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berkomentar asalkan dengan bahasa yang sopan..ok??