Jumat, 17 Januari 2014

Makalah Teori Kurikulum



BAB I
PENDAHULUAN

1.        Latar Belakang Masalah
Model pengembangan kurikulum adalah suatu istilah yang di gunakan ahli pendidikan dalam rangka mencari cara untuk perubahan kurikulum.
Perubahan kurikulum terjadi karena adanya perubahan kehidupan, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta perkembangan di bidang yang berhubungan langsung dengan kehidupan masyarakat.
Mulyani Sumantri (1988) menyatakan bahwa pengembangan kurikulum harus di lakukan berdasarkan teori yang telah di konseptualisasikan secara teliti, terhindar dari pengaruh-pengaruh yang tidak baik, seperti paham-paham yang tidak mendukung pembaharauan dan kebutuhan masa depan.
Perubahan kurikulum di tingkat pendidikan tinggi secara tidak langsung akan memepengaruhi tugas pendidik sebab komponen-komponen yang terkait dengan tugas pendidik dalam proses pembelajaran akan selalu mengalami perbaikan-perbaikan untuk mencari bahan-bahan ajar.
2.        Rumusan Masalah
A.      Apa yang di maksud dengan teori dan kurikulum?
B.      Apa yang di maksud dengan teori transmisi ?
C.      Apa yang di maksud dengan teori transaksi ?
D.     Apa yang di maksud dengan teori transformasi ?
3.        Tujuan
Untuk mengetahui pengertian teori dan kurikulum, serta mengetahui tataran transmisi, transaksi, dan transformasi dalam teori pengembangan kurikulum.


BAB II
PEMBAHASAN

A.       Teori
1.        Pengertian
Secara umum teori merupakan suatu set atau system pernyataan (a set of statement) yang menjelaskan serangkaian hal.
Teori merupakan suatu perangkat pernyataan yang bertalian satu sama lain, yang di susun sedemikian rupa sehingga memberikan makna yang fungsional terhadap serangkaian kejadian.
Teori kurikulum merupakan serangkaian konsepsi yang berhubungan konsep-konsep pendidikan yang berusaha menjelaskan secara sistematis, perspektif terhadap kurikulum.
Teori kurikulum (curriculum theory atau event theory) merupakan theory yang menguraikan pemilihan dan pemisahan kejadian atau peristiwa kurikulum atau yang berhubungan dengan kurikulum dan yang bukan.[1]
Dalam Kamus Filsafat yang ditulis oleh Tim Penulis Rosda (1995) dijelaskan bahwa theory adalah “1. Pemahaman akan berbagai hal dalam hubungan universal dan idealnya satu sama lain.
Lawan dari praktis dan/atau eksistensi factual. 2. Dalam prinsip abstrak atau umum dalam sebuakh pengetahuan yang menampilkan pandangan yang jelas dan sistemik tentang sebagian materi pokoknya, seperti dalam teori seni atau dalam teori atom. 3. Sebuah prinsip atau model umum, abstrak dan ideal yang digunakan untuk menjelaskan fenomena, seperti dalam teori seleksi alam”.
Adapun beberapa definisi yang lain mengenai teori, tapi secara umumnya karakteristik teori, yaitu :
 a)      Adanya serangkaian pernyataan yang bersifat universal.
b)      Dalam pernyataan tersebut terdapat konstruk (konsep).
c)      Merupakan lawan dari praktik.
d)      Menampilkan pandangan yang jelas dan sistermik tentang suatu fenomena.
e)      Berdasarkan fakta-fakta empiris.
f)       Tujuannya adalah untuk mendeskripsikan, menjelaskan, memprediksi, dan memadukan fenomena.
Teori merupakan alat suatu disiplin ilmu yang berfungsi untuk menentukan arah dari ilmu itu, menentukan data apa yang harus dikumpulkan, memberikan data konseptual tentang cara mengelompokan dan mengumpulkan darta, merangkum fakta-fakta menjadi : generalisasi empiris; system generalisasi; menjelakan dan memprediksi fakta-fakta; dan menunjukan kekurangan pengetahuan kita tentang disiplin ilmu itu.
Menyimak beberapa pemaparan diatas, berarti teori kurikulum mempunyai pengaruh yang besar terhadap implementasi dan pengembangan kurikulum. Teori kurikulum bukan hanya sebagai landasan dan acuan, tetapi juga dapat menjelaskan dan memprediksi bagaimana praktik kurikulum. Teori kurikulum mencari prinsip-prinsip atau pernyataantentang apa yang seharusnya atau tidak seharusnya ada/terjadi dalam pendidikan.
Teori kurikulum selalu mengandung terhadap sikap dan perbuatan yang akan dilakukan. Oleh karena itu, kurikulum selalu melibatkan aspek-aspek epistemologis (pengetahuan), ontologis (eksistensi dan realitas), dan aksiologis (nilai-nilai). Walaupun aspek-aspek tersebut susah dipisahkan antara satu dengan yang lainnya, ahli teori kurikulum dapat menekankan pada salah satu aspek tertantu yang dianggap urgen.
B.        Perkembangan teori kurikulum
1.        Definisi Kurikulum
Kurikulum mempunyai pengertian yang cukup kompleks, dan sudah banyak didefinisikan oleh para pakar kurikulum. Esensinya, kurikulum membicarakan tentang proses penyelenggaraan pendidikan sekolah, berupa acuan atau norma-norma yang dapat digunakan menjadi pengangan. Secara umum struktur kurikulum mempunyai empat komponen, yaitu tujuan, organisasi isi, proses belajar-mengajar, dan evaluasi.
Dalam arti sempit kurikulum ditafsirkan sebagai materi pelajaran, sedangkan pengertian yang luas ditafsirkan sebagai segala upaya yang dilakukan di bawah naungan sekolah. Spektrum di antara kedua kutub itu menafsirkan kurikulum sebagai perencanaan interaksi antara pelajar dan guru-guru untuk mencapai tujuan pendidikan. Pengertian ini pada dasarnya merujuk pada perencanaan kegiatan belajar mengajar guna mencapai tujuan sekolah. Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) Tahun 1989, definisi kurikulum adalah “seperangkat rencana dan peraturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar” (UUSPN, BAB I, Pasal 1, ayat 9).
Definisi di atas menggambarkan dua dari empat komponen kurikulum. Kedua komponen itu adalah organisasi isi dan pelaksanaan pembelajaran. Organisasi tercermin dalam frasa “seperangkat rencana dan peraturan mengenai isi dan bahan pelajaran”.
Dengan demikian kurikulum lebih mudah dan efektif untuk dikomunikasikan ke berbagai pihak, pimpinan sekolah, pengawas, pelaksana dan staf pendukung lainnya. Konsepsi ini merupakan esensi dari suatu teknologi, membantu untuk memudahkan dan mengefektifkan pencapaian tujuan kegiatan manusia. Dalam hal ini tujuan itu adalah mengorganisasikan isi dan bahan pelajaran.
Untuk mengorganisasikan isi dan bahan pelajaran suatu kurikulum tidak terlepas dari pendekatan-pendekatan yang diyakini, dan itu berkaitan dengan penggunaannya pada jenis pendidikan apa dan pada tingkat mana. Definisi kurikulum di atas berlaku umum dari pendidikan prasekolah sampai ke Pendidikan Tinggi. Begitu juga pendekatan-pendekatan yang dikembangkan dalam suatu teori, misalnya, untuk pendidikan teknik dan kejuruan pengembangan materi pelajaran mengacu pada pendekatan Competency Based Education (CBE) atau untuk pendidikan MIPA pengembangan materi lebih mengacu pada pengembangan kognitif. Hal ini juga berlaku untuk setiap bahan pelajaran, termasuk materi pelajaran PBM di lingkungan Unimed.[2]
2.        Perkembangan Teori Kurikulum
Perkembangan teori kurikulum tidak dapat dilepaskan dari sejarah perkembangannya. Perkembangan kurikulum telah dimulai pada tahun 1890 dengan tulisan Charles dan McMurry, tetapi secara definitif berawal pada hasil karya Franklin Babbit tahun 1918.
Bobbit Bering dipandang sebagai ahli kurikulum yang pertama, is perintis pengembangan praktik kurikulum. Bobbit adalah orang pertama yang mengadakan analisis kecakapan atau pekerjaan sebagai cara penentuan keputusan dalam penyusunan kurikulum. Dia jugalah yang menggunakan pendekatan ilmiah dalam mengidentifikasi kecakapan pekerjaan dan kehidupan orang dewasa sebagai dasar pengembangan kurikulum.
Menurut Bobbit, inti teori kurikulum itu sederhana, yaitu kehidupan manusia. Kehidupan manusia meskipun berbeda-beda pada dasarnya sama, terbentuk oleh sejumah kecakapan pekerjaan. pendidikan berupaya mempersiapkan kecakapan-kecakapan tersebut dengan teliti dan sempurna. Kecakapan-kecakapan yang harus dikuasai untuk dapat terjun dalam kehidupan sangat bermacam-macam, bergantung pada tingkatannya maupun jenis lingkungan.
Setiap tingkatan dan lingkungan kehidupan menuntut penguasaan pengetahuan, keterampilan, sikap, kebiasaan, apresiasi tertentu. Hal-hal itu merupakan tujuan kurikulum. Untuk mencapai hal-hal itu ada serentetan pengalaman yang harus dikuasai anak. Seluruh tujuan beserta pengalaman-pengalaman tersebut itulah yang menjadi bahan kajian teori kurikulum.
Werrett W. Charlters (1923) setuju dengan konsep Bobbit tentang analisis kecakapan/pekerjaan sebagai dasar penyusunan kurikulum. Char­ters lebih menekankan pada pendidikan vokasional.
Ada dua hal yang sama dari teori kurikulum, teori Bobbit dan Charters. Pertama, keduanya setuju atas penggunaan teknik ilmiah dalam memecahkan masalah-masalah kurikulum. Dalam hal ini mereka dipengaruhi oleh gerakan ilmiah dalam pendidikan yang dipelopori oleh E.L. Thorndike, Charles Judd, dan lain-lain. Kedua, keduanya bertolak pada asumsi bahwa sekolah berfungsi mempersiapkan anak bagi kehidupan sebagai orang dewasa. Untuk mencapai hal tersebut, perlu analisis tentang tugas-tugas dan tuntutan dalam kurikulum disusun keterampilan, pengeta­huan, sikap, nilai, dan lain-lain yang diperlukan untuk dapat berpartisipasi dalam kehidupan orang dewasa. Bertolak pada hal-hal tersebut mereka menyusun kurikulum secara lengkap dalam bentuk yang sistematis.
Mulai tahun 1920, karena pengaruh pendidikan progresif, berkembang gerakan pendidikan yang berpusat pada anak (child centered). Teori kuri­kulum berubah dari yang menekankan pada organisasi isi yang diarahkan pada kehidupan sebagai orang dewasa (Bobbit dan Charters) kepada kehidupan psikologis anak pada saat ini. Anak menjadi pusat perhatian pendidikan. Isi kurikulum harus didasarkan atas minat dan kebutuhan siswa. pendidikan menekankan kepada aktivitas siswa, siswa belajar melalui pengalaman. Penyusunan kurikulum harus melibatkan siswa.
Perkembangan teori kurikulum selanjutnya dibawakan oleh Hollis Caswell. Dalam peranannya sebagai ketua divisi pengembang kurikulum di beberapa negara bagian di Amerika Serikat (Tennessee, Alabama, Florida, Virginia), is mengembangkan konsep kurikulum yang berpusat pada masyarakat atau pekerjaan (society centered) maka Caswell mengembangkan kurikulum yang bersifat interaktif. Dalam pengembangan kurikulumnya, Caswell menekankan pada partisipasi guru-guru, berpartisipasi dalam menentukan kurikulum, menentukan struktur organisasi dari penyusunan kurikulum, dalam merumuskan pengertian kurikulum, merumuskan tujuan, memilih isi, menentukan kegiatan belajar, desain kurikulum, menilai hasil, dan sebagainya.
Teori kurikulum dapat ditinjau dari dua fungsi pokok, yaitu:
1.        Sebagai alat dan kegiatan intelektual untuk memahami pengalaman belajar peserta didik dalam proses pembelajaraan yang dibantu oleh disiplin ilmu social lainnya. Dalam fungsi ini tidak digunakan data-data empiris. Teori kurikulum bukan menjadi acuan dalam implementasi teori kurikulum (praktik pembelajaraan). Fungsi pertama ini lebih banyak memfokuskan keunikan dan kebebasaan individu serta kegiatan-kegiatan yang bersifat temporer. Implementasi kurikulum hanya sebagai upaya dan tanggung jawab moral, bukan sebagai masalah teknis. Tujuan teori kurikulum adalah mengembangkan, menilai, dan memilih konsep-konsep tentang kurikulum sehingga dapat melahirkan gagasan baru tentang kurikulum.
2.        Sebagai suatu strategi atau metode untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan berdasarkan data-data empiris. Fungsi kedua ini lebih banyak menganalisis hubungan antara teori dengan praktik.
Teori kurikulum harus dapat memberikan konstribusi yang signifikan bagi para pengembang kurikulum untuk penyusunan konsep tentang situasi pendidikan yang mereka hadapi, sehingga dapat membantu mereka untuk menjawab persoalan dan tantangan yang ada. Teori kurikulum dapat dilihat dari empat aspek penting, yaitu:
1)        Hubungan antara kurikulum dengan berbagai faktor yang dapat meningkatkan efektivitas dan efesiensi kurikulum.
2)        Hubungan antara kurikulum dengan struktur kompetensi (pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai) yang harus dikuasai oleh peserta didik.
3)        Hubungan antara kurikulum dengan komponen-komponen kurikulum itu sendiri seperti tujuan, isi/materi, metode dan evaluasi.
4)        Hubungan antara kurikulum dengan pembelajaran.
Dalam mengembangkan teori kurikulum sebagai disiplin ilmu, harus diiperhatikan hai-hal sebagai berikut:
a.        Menggunakan bahasa yang tepat dan ilmiah agar lebih bersifat objektif dan bukan persuasif;
b.        Prinsip-prinsip dan metode baru dan yang lebih efektif;
c.         Peran teori dari disiplin ilmu lain dalam kurikulum;
d.        Konstribusi teori kurikulum terhadap peningkatan mutu pendidikan, dan
e.        Keseimbangan antara teori dan praktik.
Teori dan praktik merupakan dua kutub yang berbeda, tetapi ada dalam suatu kesatuan. Teori tanpa praktik adalah pincang, sedangkan teori tanpa prakti adalah buta. Teori diharapkan dapat memperbaiki praktik, dan hasil praktik dapat mempebaiki teori. Dengan demikian, antara teori dan praktik harus saling memperbaiki.[3]
Miller & Seller (1985) mengemukakan bahwa suatu kurikulum tetap berada di salah-satu dari tiga posisi, yaitu posisi transmisi (transmission), transaksi (transaction), transformasi (transformation). Ketiga posisi ini mempunyai ciri-ciri tersendiri, sesuai dengan alur paradigmanya.
C.        Posisi Transmisi.
1.        Pengertian
Transmisi adalah psikologi behavioristik yang menekankan pada penganalisisan kegiatan manusia untuk dapat di gunakan dalam memprediksi dan mengntrol prilaku.
Posisi transmisi berorientasi pada paradigma atomistik, yang berakar pada logika positivisme, dan teori behavioral psychology. Dalam posisi ini pendidikan berfungsi untuk memindahkan fakta-fakta, keterampilan-keterampilan, dan nilai-nilai. Secara khusus, transmisi berorientasi pada penguasaan (mastery) subjek-subjek sekolah melalui metode pengajaran tradisional seperti mempelajari buku pelajaran khusus, memahirkan keterampilan dasar, dan nilai-nilai budaya dan lebih dibutuhkan dalam kehidupan masyarakat.
Perilaku manusia dipandang secara mekanistik, keterampilan-keterampilan pelajar dikembangkan melalui strategi pembelajaran khusus (orientasi belajar berdasarkan kompetensi), yang mengutamakan cara-cara penyampaikan keterampilan-keterampilan, pengetahuan, dan nilai-nilai yang jelas pada pelajar.
Hasil belajar harus ditunjukkan dalam bentuk perilaku atau unjuk kerja. Dengan demikian tujuan kurikulum dan pengajaran dirumuskan untuk batas kemampuan minimal yang harus dikuasai atau dicapai oleh subjek didik. Rumusan tujuan itu harus dalam bentuk unjuk kerja yang terukur dan teramati.
Posisi transmisi dalam pelaksanaan pendidikan saat ini tercermin dalam tiga orientasi khusus yaitu penguasaan materi (bahan ajar), berdasarkan kompetensi, dan transformasi budaya. Posisi ini berpusat pada orientasi subjek dan memberikan tekanan pada penguasaan pelajar atas isi subjek.Kondisi ini, mencerminkan bahwa penguasaan bahan ajar, belajar tuntas, pendidikan berdasarkan kompetensi, merupakan ciri utama dalam posisi transmisi. Fokus pembahasan orientasi ini mengacu pada pemilahan subjek ke dalam satuan-satuan kecil, sehingga pelajar dapat menguasai keterampilan-keterampilan dan isi khusus.
Dengan demikian, dalam konteks pendidikan kurikulum dipilah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil dan menggambarkan paradigma atomistik.
2.        Tujuan
Ciri utama tujuan dalam posisi transmisi mengarah pada :
1.    Penyiapan peran peserta didik di masyarakat.
2.    Pencapaian tujuan dilakukan dengan memberikan tekanan pada kemampuan-kemampuan dasar dan keterampilan berhitung dan menggabungkannya dengan nilai-nilai yang diyakini oleh masyarakat umum.
3.    Lulusan harus kompeten dalam keterampilan dasar dan dipersiapkan untuk menegakkan nilai-nilai dan tradisi-tradisi yang menjadi pusat perhatian masyarakat.
Pemilihan Isi Secara umum penentuan isi dalam posisi transmisi memperhatikan butir-butir berikut:
1.    Isi harus dimasukkan ke dalam bagian-bagian yang lebih kecil, menjadi komponen-komponen yang dapat ditata.
2.    dalam wilayah kajian tertentu.
3.    Isi harus dapat diorganisasikan berdasarkan alur pikir logis.
Pemilihan Model Mengajar Kriteria pemilihan model mengajar dalam posisi transmisi mencakup.
1.    Model mengajar harus memuat komponen pengetahuan yang jelas, tujuan-tujuan yang ringkas.
2.    Model harus disusun agar guru mampu menyediakan arah khusus dalam mempelajari isi dan keterampilan.
3.    Model harus bergerak maju untuk menilai tujuan-tujuan instruksional.
Pengorganisasian Bahan Ajar. Ruang lingkup Ruang lingkup pengorganisasi bahan ajar dalam posisi transmisi berkisar pada materi pelajaran, disiplin ilmu, atau lapangan pengetahuan yang lebih luas. Permasalahan utama dalam pengorganisasian bahan ajar dan disiplin ilmu ini adalah pemilahan atau pemenggalan-pemenggalan materi pelajaran di kelas. Salah satu upaya untuk merespon permaslahan ini dengan merencanakan suatu lapangan yang cukup luas, dengan menggabungkan sejumlah materi pelajaran ke dalam suatu wilayah kajian yang cukup luas.

3.        Urut-urutan
Secara umum, dalam silabus transmisi urut-urutan materi pelajaran di tata dalam hierarkhi yang tetap, sering bergerak dari yang sederhana ke konsep yang lebih kompleks. Tipe ini sering digunakan untuk mengorganisasi prinsip-prinsip dalam MIPA. Dalam kajian sosial, sejarah misalnya, selalu mengurutkannya dari waktu lampau ke waktu dan kondisi sekarang.[4]
D.       Teori Transaksi
Teori transaksi adalah hubungan timbal balik siswa dengan lingkungan dengan tujuan mencerdaskan intelegensi siswa. Teori ini menuntut siswa belajar dengan menekankan observasi terhadap alam dan memberikan kesempatan kepada mereka untuk mengembangkan pengalaman serta menekankan pentingnya melaksanakan problem solving bagi para siswa.
Dalam posisi transaksi, individu dipnadang sebagai makhluk rasional dan mampu memecahkan masalah. Pendidikan dipandang sebagai suatu dialog antara siswa dan kurikulum di mana siswa merekontruksi pengetahuan melalui proses dialog. Komponen atau elemen utama dalam posisi interaksi ini adalah penekanan  pada strategi-strategi kurikulum yang memfasilitasi pemecahan masalah (orientasi proses kognitif); aplikasi keterampilan pemecahan masalah dalam konteks sosial secara umum dan dalam konteks proses demokratik (orientasi warga yang bersikap demokratik); dan pengembangan keterampilan kognitif dalam disiplin-disiplin akademis. (Miller & Seller, 1985: 7). Paradigma filosofis ilmiah dari posisi transaksi ini adalah metode ilmiah.
Posisi transaksi ini lebih jauh dapat ditelusuri hingga masa pencerahan  (enlightenment) dan dampaknya pada para pemikir Amerika seperti Benjamin Framklin dan Thomas Jefferson yang tidak mengakui pandangan pendidikan Calvinis tetapi memandangnya untuk suatu kurikulum yang diharapkan dapat mengembangkan kemampuan intelektual siswa. Selama abad ke-19 para pembaharu pendidikan mengususlkan terus berusaha mengembangkan pandangan pendidikan agar sekolah meninggalkan peranan tradisional sebagai pengembang model belajar hafalan (rote learning). Tokohnya adalah Johan Heinrich Pestalozzi. Tujuan utama pandangan pendidikan transaksi ini adalah untuk pengembangan inteligensi anak, termasuk melalui pemecahan masalah yang dipelopori John Dewey.
Model-model evaluasi kurikulum pada transaksi adalah bertujuan menyediakan kerangka kerja untuk pengembangan rancangan evaluasi serta dirancang untuk meyakinkan bahwa semua data terkumpul dan memberika informasi yang relevan bagi pihak yang membutuhkan.
Model-model pengembangan kurikulum pada transaksi menurut model Robinson :
1.        Pengembangkan pertanyaan-pertanyaan tujuan
2.        Mengembangkan tujuan-tujuan pembelajaran yang lebih umum
3.        Mengembangkan deskripsi-deskripsi pertumbuhan
4.        Mengembangkan tujuan-tujuan pembelajaran khusus.
5.        Merancang skema-skema pertumbuhan yang di kaitkan dengan model pembelajaran dan nilai
6.        Mengembangkan bahan-bahan kurikulum tertulis.


E.        Teori Transformasi
1.        Pengertian transformasi
Transformasi adalah semua phenomena bagian dari keseluruhan yang saling berhubungan.   Sedangkan menurut Weinstein dan fentini, model pengembangan kurikulum pada transforamasi meliputi : identivikasi peserta didik sebagai focus utama kurikulum. Memastikan minat dan kebutuhan peserta didik, mendiagnosis alasan-alasan minat dan kebutuhan peserta didik, mengembangkan tujun-tujuan sesuai konsen peserta didik, pengembangan tema untuk pengorganisasian materi, serta menyeleksi materi yang akan dijadikan sarana pencapaian tujuan.
Belajar Teori Transformasional awalnya dikembangkan oleh Jack Mezirow digambarkan sebagai "konstruktivis, orientasi yang memegang bahwa pelajar cara menafsirkan dan menafsirkan pengalaman indrawi mereka adalah, pusat membuat makna dan karenanya belajar" (Mezirow, 1991). Belajar Teori Transformasional awalnya dikembangkan oleh Jack Mezirow digambarkan sebagai "konstruktivis, orientasi Yang memegang bahwa cara menafsirkan pelajar murah menafsirkan Pengalaman indrawi mereka adalah, Pusat cara membuat Makna murah karenanya belajar" (Mezirow, 1991). Teori ini memiliki dua jenis dasar belajar: belajar instrumental dan komunikatif. Teori ini memiliki doa Jenis Dasar belajar: belajar instrumen murah komunikatif.
Instrumental belajar berfokus pada belajar melalui berorientasi tugas pemecahan masalah dan penentuan hubungan sebab dan akibat. Instrumental belajar berfokus pada belajar melalui berorientasi Tugas pemecahan Masalah penentuan hubungan sebab murah murah Akibat.
Komunikatif belajar bagaimana individu berkomunikasi melibatkan perasaan mereka, kebutuhan dan keinginan belajar bagaimana Komunikatif individu berkomunikasi melibatkan perasaan mereka, kebutuhan murah keinginan.
Struktur makna (perspektif dan skema) adalah komponen utama dari teori ini. Struktur Makna (Perspektif murah skema) adalah Komponen Utama Dari teori ini. Perspektif makna yang didefinisikan sebagai "set luas dari kecenderungan yang dihasilkan dari asumsi psychocultural yang menentukan cakrawala harapan kita" (Mezirow, 1991). Perspektif Makna Yang didefinisikan sebagai "seperangkat kecenderungan Luas Dari Yang dihasilkan Dari asumsi psychocultural Yang menentukan Cakrawala Harapan Kita" (Mezirow, 1991). Mereka dibagi menjadi 3 set kode: kode sosiolinguistik, kode psikologis, dan kode epistemis. Mereka dibagi menjadi 3 set kode: Kode sosiolinguistik, Kode psikologis, murah Kode epistemis. Sebuah skema yang berarti adalah "konstelasi konsep, keyakinan, penilaian, dan perasaan yang membentuk interpretasi tertentu" (Mezirow, 1994, 223). Sebuah skema Yang Berarti adalah "konstelasi horee, keyakinan, Penilaian, murah perasaan Yang membentuk interpretasi tertentu" (Mezirow, 1994, 223).
Struktur makna yang dipahami dan dikembangkan melalui refleksi. Mezirow menyatakan bahwa "refleksi melibatkan kritik asumsi untuk menentukan apakah keyakinan, sering diperoleh melalui asimilasi budaya di masa kecil, tetap fungsional bagi kita sebagai orang dewasa" (Mezirow, 1991). Struktur Makna Yang dikembangkan melalui dipahami murah refleksi Mezirow menyatakan bahwa "refleksi melibatkan Kritik menentukan apakah asumsi untuk keyakinan, sering diperoleh melalui asimilasi Budaya di Masa Kecil, Tetap fungsional BAGI Kita sebagai Orang dewasa" (Mezirow, 1991) .
Refleksi ini mirip dengan pembicaraan pemecahan masalah dan Mezirow tentang bagaimana kita "merenungkan isi dari masalah, proses pemecahan masalah, atau premis masalah" (Mezirow, 1991). Refleksi ini mirip pembicaraan dengan pemecahan Masalah murah Mezirow tentang bagaimana Kita "merenungkan isi Dari Masalah, proses pemecahan Masalah, atau premis Masalah" (Mezirow, 1991). Melalui refleksi ini kita mampu memahami diri sendiri lebih banyak dan kemudian mengerti belajar kita lebih baik. Merizow juga mengajukan bahwa ada empat cara belajar.
Melalui refleksi ini Kita Mampu memahami Diri sendiri banyak Lebih murah kemudian mengerti Lebih Baik Kita belajar. Merizow juga mengusulkan bahwa ada cara belajar Empat. Mereka adalah "dengan mempersempit atau mengelaborasi makna skema kami, belajar skema makna baru, mengubah skema makna, dan mengubah perspektif yang berarti" (Mezirow, 1991). Mereka adalah "Dengan mempersempit atau mengelaborasi Makna Kami skema, skema Makna belajar baru, mengubah skema Makna, murah mengubah Perspektif Yang Berarti" (Mezirow, 1991). Teori asli Mezirow telah dielaborasi oleh orang lain, terutama Cranton (1994; 1997) dan Boyd (1991).
Teori ini memiliki kesamaan dengan teori-teori pembelajaran orang dewasa lain seperti andragogy (Knowles), pengalaman pembelajaran (Rogers), dan Cross. Teori asli Mezirow Telah dielaborasi oleh Orang lain, terutama Cranton (1994; 1997). Dan Boyd (1991) Teori ini kesamaan teori-teori dengan lain Dari Orang dewasa pembelajaran seperti andragogy (Knowles), Pengalaman belajar (Rogers), Palang murah.
Teori Belajar transformatif difokuskan pada pembelajaran orang dewasa, terutama dalam konteks pasca-sekolah menengah pendidikan (misalnya, Craig et al, 2001;. Raja, 2002). Belajar teori pembelajaran transformatif difokuskan pada Orang dewasa, terutama Dalam, konteks pasca-sekolah menengah Pendidikan (misalnya, Craig et al, 2001;. Raja, 2002). Taylor Taylor (2007) memberikan ringkasan dari studi penelitian tentang teori. (2007) memberikan ringkasan. Dari Studi Penelitian tentang teori. Contoh:
Menerapkan teori transformatif untuk evaluasi kurikulum, satu mencari bukti refleksi kritis dalam hal konten, proses dan premis. Menerapkan teori transformatif untuk Evaluasi Kurikulum, Satu Bukti mencari refleksi Kritis Dalam, Hal Konten, proses murah premis. Refleksi isi terdiri dari pemetaan kurikuler dari mahasiswa dan perspektif fakultas; refleksi proses berfokus pada praktek terbaik, sastra berbasis indikator dan self-efficacy tindakan; refleksi premis akan mempertimbangkan baik isi dan refleksi proses untuk mengembangkan rekomendasi.
Refleksi isi terdiri Dari Pemetaan kurikuler mahasiswa Dari Perspektif Fakultas murah; refleksi proses berfokus pada Praktek Terbaik, sastra berbasis Indikator murah self-efficacy tindakan; refleksi premis Akan Baik mempertimbangkan isi murah refleksi proses untuk mengembangkan Rekomendasi.
Prinsip:
1.        Dewasa menunjukkan dua jenis pembelajaran: instrumental (misalnya, penyebab / efek)) dan komunikatif (misalnya, perasaan) Pameran dewasa doa Jenis pembelajaran: instrumental (misalnya, penyebab / Efek)) Dan komunikatif (misalnya, perasaan)
2.        Belajar melibatkan perubahan struktur makna (perspektif dan skema). Belajar melibatkan perubahan Struktur Makna (Perspektif murah skema).
3.        Ubah ke struktur yang berarti terjadi melalui refleksi tentang konten, proses atau tempat. Ubah ke Struktur Yang Berarti terjadi melalui refleksi tentang Konten, proses atau Tempat.
4.        Pembelajaran dapat melibatkan: penyulingan / menguraikan skema yang berarti, belajar skema baru, mengubah skema, atau mengubah perspektif. Pembelajaran dapat melibatkan: penyulingan / menguraikan skema Yang Berarti, belajar skema baru, mengubah skema, atau mengubah Perspektif.




BAB III
SIMPULAN
Secara umum teori merupakan suatu set atau system pernyataan (a set of statement) yang menjelaskan serangkaian hal.
Teori merupakan suatu perangkat pernyataan yang bertalian satu sama lain, yang di susun sedemikian rupa sehingga memberikan makna yang fungsional terhadap serangkaian kejadian.
Kurikulum adalah seperangkat materi yang akan di ajarkan kepada peserta didik untuk mencapai tujuan yang di harapkan sehingga Teori kurikulum merupakan serangkaian konsepsi yang berhubungan konsep-konsep pendidikan yang berusaha menjelaskan secara sistematis, perspektif terhadap kurikulum.
Transmisi adalah psikologi behavioristik yang menekankan pada penganalisisan kegiatan manusia untuk dapat di gunakan dalam memprediksi dan mengntrol prilaku.  Posisi transmisi berorientasi pada paradigma atomistik, yang berakar pada logika positivisme, dan teori behavioral psychology.
Teori transaksi adalah hubungan timbale balik siswa dengan lingkungan dengan tujuan mencerdaskan intelegensi siswa.
Transformasi adalah semua phenomena bagian dari keseluruhan yang saling berhubungan. Belajar Teori Transformasional awalnya dikembangkan oleh Jack Mezirow digambarkan sebagai "konstruktivis, orientasi yang memegang bahwa pelajar cara menafsirkan dan menafsirkan pengalaman indrawi mereka adalah, pusat membuat makna dan karenanya belajar" (Mezirow, 1991).
Teori Belajar transformatif difokuskan pada pembelajaran orang dewasa, terutama dalam konteks pasca-sekolah menengah pendidikan


DAFTAR PUSTAKA

Prof. Dr. Nana Syaodih sukadinata 2010, pengembangan kurikulum, bandung PT. Remaja Rosdakarya.
Drs. Zainal Arifin, M.Pd, 2011, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum,. Bandung PT. Remaja Rosdakarya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berkomentar asalkan dengan bahasa yang sopan..ok??