Rabu, 13 Februari 2013

Makalah Urgensi



BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang
Bangsa Indonesia telah lama dikenal sebagai bangsa yang memiliki kebudayaan dan perikehidupan yang luhur. Bangsa yang ramah, bangsa yang santun, bangsa yang mampu menghormati perbedaan, suka bergotong-royong dan segudang sanjungan lainnya. Tentu semua pujian itu berangkat dari realitas kehidupan bangsa ini yang memang di masa lalu sangat menghargai moral dan nilai-nilai kemanusiaan.
Sayangnya arus kebudayaan asing yang terus membanjiri bangsa ini mengikis nilai-nilai luhur itu. Kapitalisme dengan segala bentuk dan ragamnya telah mengajarkan kepada generasi penerus bangsa ini budaya hidup yang jauh dari norma-norma sosial dan agama. Sekarang, lambat tapi pasti sikap hidup yang permisif, hedonis, individualis, dan materialis menjangkiti masyarakat. Bukan tidak mungkin hal tersebut kian membunuh karakter bangsa ini sebagai bangsa timur yang dikenal sangat menjunjung nilai moral.


B. Tujuan
Urgensi agama dan ilmu dalam pandangan Islam, tidak bisa dipisahkan dari Agama. Sehingga sebagai yang tidak dibenarkan agama bila ilmu dan terapannya bukan untuk dan diniati kemaslahatan. Dalam pada itu manusia diharapkan dapat memainkan perannya sebagai khalifah fi-al-ard sebaik-baiknya, minimal menjaga diri dari berbuat jahat. Dan nur tauhid (agama) yang terus bercahaya di dalam nurani khalifah itu akan memberi penghangat dan semangat mencapai idolanya, hubb Allah.





BAB II
PEMBAHASAN

A. Tinjauan Tentang SQ
Sejak diketahui bahwa SQ (spiritual quotient) atau kecerdasan spiritual sangat berperan signifikan dalam mendorong prestasi dan karir. Orang yang memiliki kecerdasan spiritual tinggi berpotensi memiliki karakter-karakter unggul yang akan memudahkan dalam proses interaksi dengan orang lain maupun lingkungan kerja. Kecerdasan spiritual akan memunculkan sikap-sikap positif seperti kejujuran, kedisiplinan, loyalitas, pantang menyerah dan sebagainya.
Banyak orang kemudian sadar bahwa ternyata nilai-nilai spiritual yang dalam hal ini dapat diwakili oleh peran agama sangat penting untuk ditanamkan kepada anak didik. Kecerdasan spiritual banyak menjadi tumpuan memperbaiki karakter seseorang untuk membuat kemajuan yang berarti. Meskipun dalam pelaksanaannya ternyata hasil yang dicapai belum sesuai harapan. Sekian lama kemerosotan moral belum juga mampu dibendung meskipun nilai-nilai agama telah diajarkan di sekolah dari tingkat Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi. Bahkan ada kecenderungan kegersangan jiwa dan keringnya nilai spiritual kian meningkat.
Tentu semua itu bukan semata kesalahan dari pelaksanaan pendidikan agama di sekolah. Sebab faktanya, banyak faktor lain yang turut serta dalam mempengaruhi kehidupan beragama seseorang. Lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat dan lingkungan pergaulan ternyata memiliki porsi yang lebih kuat untuk memberi pengaruh. Maka semestinya dalam pelaksanaan pendidikan agama harus melibatkan semua pihak dan menjadi tanggung jawab bersama. Peran serta orang tua sangat dibutuhkan untuk ikut serta melakukan kontrol terhadap perilaku anak selama di lingkungan keluarga. Dengan demikian proses pendidikan akan terlaksana secara berkesinambungan dan lebih efektif guna mencapai hasil yang diinginkan.

 B. Menanamkan Nilai Moral
Prof Zakiah Daradjat (1978) menyatakan bahwa moral bukanlah suatu pelajaran yang dapat dicapai dengan mempelajari saja, tanpa membiasakan hidup bermoral dari sejak kecil. Moral itu tumbuh dari tindakan kepada pengertian dan tidak sebaliknya.
Dengan demikian diharapkan pendidikan agama bukanlah sekedar pengalihan pengetahuan keagamaan (transfer of religion knowledge) dari guru ke siswa. Namun hendaknya mampu mengarahkan dan membina agar perilaku siswa dapat sesuai dengan tuntunan agama. Lingkungan sekolah harus menjadi representasi dari kehidupan keagamaan agar siswa dapat menemukan model lingkungan yang sesuai dengan ajaran agama. Proses pendidikan agama itu dapat berlangsung sepanjang siswa masih di lingkungan sekolah. Bukan sebatas saat pelajaran agama saja. Dengan demikian perlu kerjasama antara semua warga sekolah untuk dapat menciptakannya.
Pendidikan itu bisa dimulai dari hal-hal kecil, karena sesungguhnya Islam mengatur segala persoalan dalam kehidupan di dunia ini. Mulai dari sikap saling menghormati, kasih sayang, perilaku yang baik terhadap teman, adab makan-minum, adab berbicara kepada orang lain dan masih banyak lagi. Dan jangan dilupakan bahwa kedisiplinan, menepati janji, berbuat jujur, saling menolong dan perbuatan terpuji lainnya juga merupakan ajaran agama yang sangat penting untuk diajarkan dan dilaksanakan.
Terkadang pendidikan agama menjadi kurang menarik karena dianggap belum menjadi kebutuhan yang mendesak. Kalah populer dengan mata pelajaran yang di Unas-kan. Di sinilah perlunya mendesain dan mengarahkan agar pendidikan agama dapat menjadi problem solving bagi realitas yang ada di masyarakat. Sehingga siswa dapat merasakan manfaat dari ajaran yang diperolehnya. Siswa akan dapat berguna bagi orang lain. Mereka dapat merefleksikan pengetahuan kegamaannya dalam menghadapi permasalahan hidupnya.
Guru harus berupaya memahami alam pikiran siswa dan menjadikan agar pelajaran yang disampaikan relevan dengan kehidupan yang dihadapi siswa. Sebab ajaran agama bukanlah bahasa langit yang susah diterjemahkan dalam kehidupan sehari-hari dan bersifat dogmatis. Sebaliknya tujuan dari ajaran agama yang sesungguhnya adalah sebagai cahaya penuntun dan menjadi pegangan hidup saat manusia tersesat dalam kegelapan atau kehilangan sandaran. Agama adalah penuntun menuju keselamatan. Bagaimana mungkin hal tersebut dapat tercapai jika agama hanya menjadi sebuah bahasa langit?
Rasulullah telah mencontohkan bagaimana seharusnya seorang pendidik mampu memahami dan mengerti kondisi dari murid. Bahkan Rasulullah sangat tahu kelebihan dan kekurangan pribadi masing-masing sahabat sehingga tidak heran bila ada beberapa hadits yang ‘berlainan’ tetapi maksudnya sama. Misal, suatu ketika Nabi mengatakan bahwa sebaik-baik amal adalah berkata jujur dan pada kesempatan lain amal terbaik adalah berbakti kepada orang tua. Semua itu beliau sampaikan berdasarkan keadaan pribadi masing-masing sahabat.

C. Peluang dan Tantangan Pendidikan Agama Dalam Kehidupan
Tujuan utama pendidikan agama (baca: Islam) adalah terbentuknya akhlak yang baik. Karena itulah yang menjadi muara dari ajaran Islam. Dan Rasulullah pun diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia. Dengan demikian peri-hidup Rasulullah adalah refleksi dari kesempurnaan akhlak, dan itu bisa ditelusuri melalui Al Quran dan Hadits. Akhlak sendiri merupakan perilaku yang secara konsisten dilakukan sehingga menjadi kebiasaan. Dan ketika diberi suatu stimulan yang sesuai maka perilaku tersebut akan muncul tanpa melalui pemikiran (spontan).
Globalisasi dengan segala bentuknya di satu sisi membuat manusia semakin jauh dari sentuhan agama (sekuler). Namun pada sisi lain tampaknya juga membuat manusia semakin sadar akan pentingnya peran agama dalam kehidupan mereka. Tidak heran bila kemudian banyak orang yang dengan gigih dan kuat memegang prinsip keberagamaan mereka. Tidak lagi takut untuk menunjukkan identitas keagamaannya kepada orang lain. Bahkan mereka memiliki semangat (ghirah) untuk menyebarluaskan nilai-nilai agama kepada masyarakat luas.
Banyak orang kemudian lebih selektif dalam menyekolahkan putera-puteri mereka dan ada sebuah trend dengan menitikberatkan pada sekolah yang memiliki keunggulan dalam penanaman nilai agama kepada siswanya. Maka muncullah sekolah-sekolah Islam terpadu yang memberi porsi lebih untuk kegiatan agama. Sebetulnya kondisi tersebut dapat ditangkap menjadi sebuah peluang untuk lebih mengembangkan pendidikan agama di sekolah negeri sekalipun. Terbatasnya jam pelajaran agama bukanlah satu kendala untuk mengembangkan dan memperbaiki pembelajaran agama di sekolah. Toh, peluang untuk berinovasi dalam proses pembelajaran juga masih sangat terbuka.
Namun kita juga tidak bisa menutup mata, televisi merupakan tantangan yang sulit untuk diatasi. Berbagai tontonan yang bertentangan dengan ajaran agama secara gratis dan mudah dapat dilihat. Belum lagi tayangan-tayangan yang lebih banyak mengajari anak untuk bersikap konsumtif dan gaya hidup yang serba luks telah membuai dan menjauhkan mereka dari realitas kehidupan yang sedang dijalani. Tidak jarang anak menjadi kurang peka jiwa sosialnya. Itu semua menjadi peluang sekaligus tantangan bagi pendidikan agama untuk bisa membangun kembali karakter bangsa yang sudah mulai luntur.

D.      Eksistensi Manusia
Manusia seringkali di depannya dibubuhi dengan “umat” dimaksudkan untuk melihat manusia bukan sebagai personal semata, tetapi juga merupakan anggota dari kelompok manusia yang mempunyai tingkatan pemersatu antara anggotanya. Juga mempunyai ajaran atau panutan yang membimbing ke arah tercapainya tujuan. Di samping itu, menunjukkan perbedaan kualitas individu, sehingga memungkinkan kerjasama dan pruralitas sehingga menimbulkan persaingan antar kelompok dan mempertahankan eksistensinya (Muh. Hasyim Manan, 1990:7).
Dihadirkannya manusia di muka bumi ini bukanlah tanpa tujuan yang jelas sebagaimana yang diperkirakan oleh sebagian manusia (Al-Mu’minun:115) malah juga di antara mereka yang berfikiran tetapi tidak lurus dan sesat bahwa hidup di dunia ini tanpa perintah dan larangan, sehingga bisa berbuat apa saja tanpa pertanggungjawaban (al-Sabuni, III:579). Firman Allah yang mengungkapkan bahwa apa yang ada di langit dan di bumi serta di antaranya diciptakan dengan haq (Al-Hijr:85) telah menghancurkan anggapan di atas. Lebih dari itu dengan memperhatikan surat al-Hijr itu dan ayat-ayat lainnya bahwa kehidupan duniawi akan berlanjut dengan kehidupan ukhrawi tempat mana manusia akan memperoleh balasan amal perbuatannya. Karena itu dikenal di dunia ini merupakan taman untuk ditanami benih-benih surgawi, idealnya, sehingga pada gilirannya hasilnya akan dinikmati di hari kemudian.
Manusia, sebagaimana yang dikatakan oleh Allah, adalah kalifah-Nya yang berkewajiban untuk mengolah dan membangun dunia ini sesuai dengan kehendak-Nya. Dalam pada itu pengembangan potensi-potensi manusia secara imbang dan harmonis sebagai hal yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Kenapa harus imbang dan harmonis? Jawabannya, karena dengan cara itu manusia akan menerima amanah dari Allah (al-Baqarah : 138) dan secara kreatif, dinamis dan optimal memenuhi kehendak-Nya. Sebaliknya, bila hanya satu aspek yang diutamakan, misalnya akal saja, bisa jadi akan menolak adanya Tuhan dan alam ghaib atau menghalalkan semua cara dengan alasan untuk kepentingan ilmiahnya atau kemanusiaan. Contohnya inseminasi buatan dari dan untuk yang bukan suami/istrinya, euthanasia (pembunuhan yang direstui) dan masih banyak lagi contohnya. Pengembangan daya kalbunya saja juga akan berakibat kurang baik pada daya-daya lainnya.
Maka, ilmu yang luas sebagai hasil olah pikir yang didasarkan pada iman dan moral yang menghujam dalam pada kalbu dan diikuti dengan ketrampilan yang unggul untuk memakmurkan dan memelihara alam raya ini merupakan sesuatu yang dibutuhkan untuk mengembangkan amanah Ilahiyah (khalifah).
Namun, kenyataan menunjukan bahwa apa yang dideskripsikan di atas tidak selalu ada pada setiap orang, bahkan tidak mungkin. Unggul dalam bidang Ilmu Pengetahuan (akal), kurang pada aspek zikir (kalbu) begitu seterusnya. Akan tetapi kondisi yang seperti itulah yang mendorong membentuk jalinan kemanusiaan dan ke-Ilahi-an
Adalah prinsip pokok untuk menciptakan kemajuan dan pembangunan masyarakat terciptanya interaksi harmonis manusia dengan manusia, interaksi manusia dengan Tuhan serta interaksinya dengan alam. Semakin baik interaksi itu semakin banyak yang dapat dimanfaatkan dari alam raya ini. Karena ketika itu mereka semua akan saling membantu dan bekerja sama dan Tuhan di atas mereka akan merestui (Quraish Shihab, 1992 : 161). Dan penulis “membumikan Al-Qur’an” menjelaskan “interaksi” dalam pengertian “bersahabat” (p.234).
Apa yang diungkapkan Quraish Shibab di atas sebagai yang sangat dibutuhkan dewasa ini, saat perdamaian dan kedamaian dunia terancam, bahkan oleh bangsa Bosnia tidak dinikmati.
Pada era globalisasi dan informasi saat ini, yang ditandai semakin menipis dan hilangnya batas pemisah antara nilai-nilai dan lingkungan budaya bangsa-bangsa, yang diikuti dengan kecenderungan terbentuknya nilai-nilai budaya yang bersifat universal, nampaknya studi tentang Islam menjadi sangat penting dan pendapatkan perhatian yang sangat luas, baik di kalangan umat Islam sendiri maupun di kalangan luar Islam. Urgensi studi Islam pada masa sekarang paling tidak dapat dilihat dari dua sisi, yaitu sisi internal dan sisi eksternal. Dengan sisi internal dimaksudkan adalah nilai-nilai dan sistem budaya yang ada di lingkungan umat Islam sendiri; sedangkan sisi eksternal yang dimaksudkan adalah nilai-nilai dan sistem budaya di luar kalangan umat Islam.
Suatu kenyataan yang tak dapat dipungkiri, bahwa nilai-nilai dan sistem budaya yang ada di lingkungan umat Islam telah kehilangan daya dinamikanya dan menjadi mandeg, sehingga tidak mampu mewujudkan peran dan fungsinya sebagai ramatan li al-‘alamin. Sementara nilai-nilai dan sistem budaya umat manusia di luar lingkungan umat Islam pada umumnya telah didominasi oleh nilai-nilai dan sistem budaya modern, dengan ilmu pengetahuan dan teknologinya yang semakin canggih serta sifatnya yang sekuler, telah mengalami perkembangan yang cepat dan tanpa batas serta menyentuh tujuan-tujuan yang hakiki. Sebagai konsekwensinya, nilai-nilai dan sistem budaya modern tersebut telah menimbulkan ancaman terhadap kelestarian kehidupan umat manusia dan alam sekitarnya serta kehidupan semesta ini. Inilah tantangan bagi Islam daan umatnya, bahkan bagi seluruh umat manusia.
Era globalisasi dan informasi merupakan kenyataan yang tidak dapat ditolak dan Islam menghadapi tantangan yang tak terelakkan. Nilai-nilai dan sistem budaya modern yang bersifat sekuler dengan bebas bisa memasuki lingkungan kehidupan umat Islam, dan akan menyingkirkan nilai-nilai dan kehidupan budaya umat yang statis dan mandeg. Konsekwensinya umat manusia dan dan alam semesta akan menghadapi kehancuran. Namun era globalisasi dan informasisebenarnya memberikan kesempatan yang luas untuk mewujudkan misi Islam sebagai rahmatan li al-‘alamin. Dengan nilai-nilai dasarnya yang bersifat universal dan dengan sitem budayanya yang pada dasarnya memiliki dinamika yang tinggi, Islam akan bisa memberikan arah dan tujuan perkembangan budaya modern yang cenderung kehilangan arah dan tujuannya. Di sinilah letak urgensinya studi Islam pada saat ini.
Dengan cara dan pendekatan semacam itu, berarti terjadi pemahaman ulang terhadap Islam, sebagaimana yang difahami secara konvensional selama ini, yang pada giliran selanjutnya akan terhapuslah citra Islam yang dianggap statis, mandeg dan ketinggalan zaman serta tidak fungsional lagi di tengah-tengah kemajuan iptek serta perkembangan budaya dan peradaban modern. Selanjutnya dengan studi ulang tersebut akan terbentuk gambarandan pemahaman yang baru tentang Islam yang bersifat dinamis dan fungsional menghadapi tantangan dan tuntutan perkembangan zaman. Dengan citra barunya itulah Islam akan mampu menghadapi sistem budaya modern yang melanda dunia Islam di era globalisasi dan informasi saat ini. Bahkan dengan misinya sebagai rahmatan lil al-‘alalmin, Islam berpotensi kuat untuk memberikan alternatif pemecahan permasalahan dunia modern, Insya Allah.
Karya tulis ini memang bukanlah merupakan karya orisinal, tetapi kami banyak mengutip, meramu, mengulas dan membandingkan serta menyimpulkan karya-karya dan pemikiran-pemikiran para pakar terdahulu. Hal ini tercermin dalam buku-buku referensi yang kami gunakan dalam penulisan ini. Namun demikian, tidak tertutup kemungkinan munculnya pemikiran dan visi yang berbeda, bahkan mungkin berlawanan dengan pemikiran dan visi karya-karya yang mendahuluinya. Dengan demikian, karya tulis ini akan bernilai dalam menambah dan mengembangkan kepustakaan tentang studi Islam yang telah ada sebelumnya.
Secara sistematik, karya tulis ini diawali dengan pembahasan tentang pengertian dan visi studi Islam, yang diikuti dengan pembahasan tentang kedudukan agama dalam kehidupan budaya manusia, yang merupakan pembahasan tentang latar belakang turunnya Islam sebagai agama samawi terakhir, yang final dan sempurna sebagai ni’matan wa rahmatan li al-‘alamin. Kemudian diikuti dengan pembahasan dan analisis tentang potensi Islam dalam menjawab tantangan zaman, yang pembahasannya meliputi pengertian Islam dan ciri-ciri ajaran-ajarannya serta implikasinya terhadap kehidupan umat, al-Qur’an sebagai sumber dasar ajaran Islam, al-sunnah sebagai sumber dasar operasionalnya, ijtihad sebagai sumber dasar dinamika ajaran-ajaran serta budaya dan peradaban Islam. akhirnya dibahas dan dianalisis tentang Islam dan berbagai dimensinya.

   


BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Urgensi agama sangatlah berpengaruh besar dalam kehidupan manusia. Agama mengajarkan segala sesuatu yag baik kepada manusia. Manusia akan mengerti apa yang harus dilakukan dan mana yang harus dijauhi. Agama mengajarkan kita norma-norma yang baik dalam hidup bermasyarakat.
Disamping itu, ilmu pengetahuan juga berpengaruh besar dalam pola hidup manusia. Agama  menganjurkan manusia untuk mengetahui sesuatu. Untuk itu Tuhan memberikan akal kepada manusia supaya bisa memilah mana yang baik dan mana yang buruk. Ilmu pengetahuan dan teknologi mempunyai dua dampak; positif dan negatif. Keduanya akan berdampak positif bila digunakan untuk kepentingan kemanusiaan dan melestarikan jagad raya ini.
Ilmu, dalam pandangan Islam, tidak bisa dipisahkan dari Agama. Sehingga sebagai yang tidak dibenarkan agama bila ilmu dan terapannya bukan untuk dan diniati kemaslahatan. Dalam pada itu manusia diharapkan dapat memainkan perannya sebagai khalifah fi-al-ard sebaik-baiknya, minimal menjaga diri dari berbuat jahat. Dan nur tauhid (agama) yang terus bercahaya di dalam nurani khalifah itu akan memberi penghangat dan semangat mencapai idolanya, hubb Allah.
Akhirnya diketahui, “manusia-manusia yang mampu mengembangkan dan meningkatkan kehidupannya, berinteraksi positif dengan sesamanya, bersahabat dengan alam dan berpihak kepada Allah dalam segala tindakan“ berkat pengaruh ilmu kepada tauhid dan moral Islami.
Semoga tulisan ini, karena ridha-Nya, sekalipun sangat sederhana ada faedahnya dalam rangka memberikan konstribusi pemikiran terhadap upaya pengembangan sumber daya manusia yang paripurna.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berkomentar asalkan dengan bahasa yang sopan..ok??