BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Istilah grafis berasal dari bahasa
inggris,yaitu graphic art atau dari bahasa belanda,yaitu grapische kunst atau
dari bahasa yunani yaitu graphisch.Graphein yang berarti membuat tulisan,gambar
atau lukisan dengan cara ditoreh atau digores.Jadi,yang disebut dengan seni
grafis/grafika meliputi semua bentuk seni visual yang dilakukan pada suatu
permukaan dua dimensi.Pengertian ini merupakan sinonim dengan print making
(cetak-mencetak) yang meliputi semua karya seni dengan gambaran orisinal
apapaun atau desain yang dibuat untuk dipreproduksi dengan berbagai proses
cetak.
B. Rumusan
Masalah
1. Apa pengertian Seni Grafis? Dan bagaimana sejarahnya?
2. Apa saja teknik-teknik seni grafis?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dan sejarah seni grafis
2. Untuk mengetahui apa saja teknik-teknik dari seni
grafis
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Seni
grafis
Seni grafis adalah cabang seni rupa yang proses pembuatan
karyanya menggunakan teknik cetak,
biasanya di atas kertas. Kecuali pada teknik Monotype,
prosesnya mampu menciptakan salinan karya yang sama dalam jumlah banyak, ini
yang disebut dengan proses cetak. Tiap salinan karya dikenal sebagai
'impression'. Lukisan atau drawing,
di sisi lain, menciptakan karya seni orisinil yang unik. Cetakan diciptakan
dari permukaan sebuah bahan, yang umum digunakan adalah: plat logam, biasanya
tembaga atau seng untuk engraving atau etsa;
batu digunakan untuk litografi; papan kayu untuk
woodcut/cukil kayu. Masih banyak lagi
bahan lain yang digunakan dalam karya seni ini. Tiap-tiap hasil cetakan
biasanya dianggap sebagai karya seni orisinil, bukan sebuah salinan.
Karya-karya yang dicetak dari sebuah plat menciptakan sebuah edisi, pada masa
seni rupa modern masing-masing karya ditandatangani dan diberi nomor untuk
menandai bahwa karya tersebut adalah edisi terbatas.
Seni grafis kita kenal sebagai seni yang berhubungan
dengan cetak mencetak. Kata grafis atau grafika berasal dari kata Graphein
sebuah kata yang berarti menulis. Kata graphein sendiri berasal dari bahasa
Yunani. Jadi seni grafis adalah seni yang dihasilkan melalui proses cetak
mencetak. Seni grafis ini biasanya digunakan sebagai media ekspresi dan
visualisasi gagasan terhadap hal-hal yang menarik perhatian. Keistimewaan seni
grafis adalah penggandaan karya seni dari cetakan pertama sampai terakhir
dianggap orisinal. Dan seniman mencantumkan edisi cetakannya. Misalnya 3/10,
angka ini berarti cetakan ketiga dari sepuluh edisi yang dihasilkan.
Media
Seniman grafis berkarya menggunakan berbagai macam media
dari yang tradisional sampai kontemporer,
termasuk tinta
ber-basis air, cat air, tinta ber-basis minyak, pastel minyak, dan pigmen padat
yang larut dalam air seperti crayon Caran D'Ache. Karya seni grafis diciptakan
di atas permukaan yang disebut dengan plat. Teknik dengan menggunakan metode
digital menjadi semakin populer saat ini. Permukaan atau matrix yang dipakai
dalam menciptakan karya grafis meliputi papan
kayu, plat logam, lembaran kaca
akrilik, lembaran linoleum
atau batu litografi. Teknik lain yang disebut dengan serigrafi atau cetak
saring (screen-printing) menggunakan lembaran kain berpori yang direntangkan
pada sebuah kerangka, disebut dengan screen. Cetakan kecil bahkan bisa dibuat
dengan menggunakan permukaan kentang atau ketela.
Warna
Pembuat karya grafis memberi warna pada cetakan mereka
dengan banyak cara. Seringkali pewarnaannya -- dalam etsa, cetak saring, cukil
kayu serta linocut -- diterapkan dengan menggunakan plat, papan atau screen
yang terpisah atau dengan menggunakan pendekatan reduksionis. Dalam teknik
pewarnaan multi-plat, terdapat sejumlah plat, screen atau papan, yang
masing-masing menghasilkan warna yang berbeda. Tiap plat, screen atau papan
yang terpisah akan diberi tinta dengan warna berbeda kemudian diterapkan pada
tahap tertentu untuk menghasilkan keseluruhan gambar. Rata-rata digunakan 3
sampai 4 plat, tapi adakalanya seorang seniman grafis menggunakan sampai dengan
tujuh plat. Tiap penerapan warna akan berinteraksi dengan warna lain yang telah
diterapkan pada kertas, jadi sebelumnya perlu dipikirkan pemisahan warna.
Biasanya warna yang paling terang diterapkan lebih dulu kemudian ke warna yang
lebih gelap.
Pendekatan reduksionis untuk menghasilkan warna dimulai
dengan papan kayu atau lino yang kosong atau
dengan goresan sederhana. Kemudian seniman mencukilnya lebih lanjut, memberi
warna lain dan mencetaknya lagi. Bagian lino atau kayu yang dicukil akan
mengekspos (tidak menimpa) warna yang telah tercetak sebelumnya.
Pada teknik grafis seperti chine-collé
atau monotype,
pegrafis kadang-kadang hanya mengecat warna seperti pelukis kemudian dicetak.
Konsep warna subtraktif
yang juga digunakan dalam cetak offset
atau cetak digital,
di dalam software vektorial misalnya
Macromedia Freehand, CorelDraw atau Adobe Ilustrator atau bitmap
ditampilkan dalam CMYK atau ruang warna lain.
B. Sejarah
Seni Grafis
Pada mulanya seni grafis mulai berkembang di negara Cina.
pada negara tersebut seni grafis digunakan untuk menggandakan tulisan-tulisan
keagamaan. Naskah-naskah tersebut ditatah atau diukir di atas bidang kayu dan
di cetak di atas kertas. Cina menemukan kertas dan memproduksinya secara massal
di tahun 105. pada masa itu Cina di bawah pemerintahan Dinasti Yi.
Karya-karya seni grafis dengan media kayu (cukilan kayu)
ditemukan di negara-negara Asia yang memiliki kultur tua dan kuat seperti Cina,
Jepang, dan Korea. Bangsa romawi pun telah mengenal tekhnik cetak ini yang
digunakan untuk menghias jubah-jubah dengan cetak stempel. Teknik cetak ini
kurang berkembang karena bangsa Eropa tidak mengenal kertas. Teknik grafis di
Eropa baru berkembang di abad ke - 13, dengan ditemukannya mesin cetak oleh
Guttenberg dan didirikannya pabrik kertas pertama di Italia. Sejak itulah seni
grafis dengan beragam teknik berkembang di
Eropa.
Seni grafis di INdonesia awalnya merupakan media alternatif
bagi seniman yang telah mengerjakan bidang lainnya seperti melukis atau
mematung. Secara kronologis seni grafis muncul sekitar tahun 1950-an tokohnya
Suromo dan Abdul Salam di Yogyakarta. Membuat karya dengan teknik cukil kayu (
woodcut ) dan kebanyakan dari karyanya merupakan poster perjuangan. Kemudian
tokoh yang lain adalah Baharudin Marasutan ( Jakarta ) dan Mochtar Apin (
Bandung ).
C. Teknik-teknik
Seni Grafis
1. Tinjauan
Umum
Teknik seni grafis dapat dibagi dalam kategori dasar
sebagai berikut:
· Cetak
relief, di mana tinta berada pada permukaan asli
dari matrix. teknik relief meliputi: cukil
kayu, engraving kayu,
cukil linoleum/linocut,
dan cukil logam/metalcut.
· Intaglio,
tinta berada di bawah permukaan matrix. teknik ini meliputi: engraving,
etsa,
mezzotint,
aquatint,
chine-collé
dan drypoint;
· planografi
di mana matrix permukaannya tetap, hanya mendapat perlakuan khusus pada bagian
tertentu untuk menciptakan image/gambar. teknik ini meliputi: litografi,
monotype
dan teknik digital
Teknik lain dalam seni grafis yang tidak temasuk dalam
kelompok ini adalah 'kolografi' (teknik cetak menggunakan kolase),
proses digital termasuk giclée,
medium fotografi serta kombinasi proses digital dan konvensional.
Kebanyakan dari teknik di atas bisa juga dikombinasikan,
khususnya yang berada dalam kategori sama. Misalnya, karya cetak Rembrandt
biasanya secara mudah disebut dengan "etsa", tapi seringkali dipakai
juga teknik engraving dan drypoint, dan bahkan kadang-kadang tidak ada etsa-nya
sama sekali.
2. Cukil
Kayu
Cukil
kayu , adalah salah satu teknik cetak
relief, merupakan teknik seni grafis paling awal,
dan merupakan satu-satunya yang dipakai secara tradisional di Asia Timur.
Kemungkinan pertama kali dikembangkan sebagai alat untuk menciptakan pola cetak
pada kain, dan pada abad ke-5 dipakai di Tiongkok untuk mencetak teks dan
gambar pada kertas. Teknik cukil kayu di atas kertas dikembangkan sekitar tahun
1400 di Eropa, dan beberapa waktu kemudian di Jepang. Di dua tempat ini, teknik
cukil kayu banyak digunakan untuk proses membuat gambar tanpa teks.
Seniman
membuat skets terlebih dulu pada sebidang papan kayu, atau di kertas yang
kemudian ditransfer ke papan kayu. Tradisionalnya, seniman kemudian menyerahkan
rancangannya ke ahli cukil khusus, yang menggunakan peralatan tajam untuk
mencukil bagian papan yang tidak akan terkena tinta. Bagian permukaan tinggi
dari papan kemudian diberi tinta dengan menggunakan roller, lalu lembaran kertas,
yang mungkin sedikit lembap, ditaruh di bawah papan. Kemudian papan digosok
dengan baren
(alat yang digunakan di Jepang) atau sendok,
atau melalui alat press. Jika memakai beberapa warna, papan yang terpisah
dipakai untuk tiap warna.
3. Engraving
Proses ini dikembangkan di Jerman sekitar tahun 1430 dari
engraving (ukiran halus) yang digunakan oleh para tukang emas untuk mendekorasi
karya mereka. penggunaan alat yang disebut dengan burin
merupakan ketrampilan yang rumit.
Pembuat engraving memakai alat dari logam yang diperkeras
yang disebut dengan burin untuk mengukir desain ke permukaan logam,
tradisionalnya memakai plat tembaga. Alat ukir tersebut memiliki bermacam-macam
bentuk dan ukuran menghasilkan jenis garis yang berbeda-beda.
Seluruh permukaan plat diberi tinta, kemudian tinta
dibersihkan dari permukaan, yang tertinggal hanya tinta yang berada di garis
yang diukir. Kemudian plat ditaruh pada alat press bertekanan tinggi bersama
dengan lembaran kertas (seringkali dibasahi untuk melunakkan). Kertas kemudian
mengambil tinta dari garis engraving (bagian yang diukir), menghasilkan karya
cetak.
4. Etsa
Etsa
adalah bagian dari kelompok teknik intaglio
bersama dengan engraving, drypoint,
mezzotint
dan aquatint.
Proses ini diyakini bahwa penemunya adalah Daniel Hopfer
(sekitar 1470-1536) dari Augsburg, Jerman, yang mendekorasi baju besinya dengan
teknik ini. Etsa kemudian menjadi tandingan engraving sebagai medium seni
grafis yang populer. Kelebihannya adalah, tidak seperti engraving yang
memerlukan ketrampilan khusus dalam pertukangan logam, etsa relatif mudah
dipelajari oleh seniman yang terbiasa menggambar.
Hasil cetakan etsa umumnya bersifat linear dan seringkali
memiliki detail dan kontur halus. Garis
bervariasi dari halus sampai kasar. Teknik etsa berlawanan dengan teknik cukil
kayu, pada etsa bagian permukaan tinggi bebas tinta, bagian permukaan rendah
menahan tinta. Mula-mula selembar plat logam (biasanya tembaga, seng atau baja)
ditutup dengan lapisan semacam lilin. Kemudian seniman menggores lapisan
tersebut dengan jarum etsa yang runcing, sehingga bagian logamnya terbuka. Plat
tersebut lalu dicelupkan dalam larutan asam atau larutan asam disapukan di
atasnya. Asam akan mengikis bagian plat yang digores (bagian logam yang
terbuka/tak terlapisi). Setelah itu, lapisan yang tersisa dibersihkan dari
plat, dan proses pencetakan selanjutnya sama dengan proses pada engraving.
5. Mezzotint
Salah satu cara lain dalam teknik intaglio
di mana plat logam terlebih dahulu dibuat kasar permukaannya secara merata;
gambar dihasilkan dengan mengerok halus permukaan, menciptakan gambar yang
dibuat dari gelap ke terang. Mungkin juga menciptakan gambar hanya dengan
mengkasarkan bagian tertentu saja, bekerja dari warna terang ke gelap.
Mezzotint dikenal karena kualitas tone-nya yang kaya:
pertama, karena permukaan yang dikasarkan secara merata menahan banyak tinta,
menghasilkan warna cetak yang solid; kedua, karena proses penghalusan tekstur
dengan menggunakan burin, atau alat lain menghasilkan gradasi halus untuk
mengembangkan tone.
Metode mezzotint ditemukan oleh Ludwig von Siegen
(1609-1680). Proses ini dipakai secara luas di Inggris mulai pertengahan abad
delapanbelas, untuk mereproduksi foto dan lukisan.
6. Aquatint
Adalah variasi dari etsa. Seperti etsa, aquatint
menggunakan asam untuk membuat gambar cetakan pada plat logam. Pada teknik etsa
digunakan jarum untuk menciptakan garis yang akan menjadi warna tinta pekat,
aquatint menggunakan serbuk resin yang tahan asam untuk menciptakan efek tonal.
Kebanyakan karya-karya grafis Goya menggunakan teknik aquatint.
7. Drypoint
Merupakan variasi dari engraving, dikerjakan dengan alat
runcing, bukan dengan alat burin
berbentuk "v". Sementara garis pada engraving sangat halus dan
bertepi tajam, goresan drypoint meninggalkan kesan kasar pada tepi garis. Kesan
ini memberi ciri kualitas garis yang lunak, dan kadang-kadang berkesan kabur,
pada drypoint. Karena tekanan alat press dengan cepat merusak kesan tersebut,
drypoint hanya berguna untuk jumlah edisi yang sangat kecil; sekitar sepuluh
sampai duapuluh karya. Untuk mengatasi ini, penggunaan electro-plating
(pelapisan secara elektrik dengan bahan logam lain) telah dilakukan sejak abad
sembilanbelas untuk mengeraskan permukaan plat.
Teknik ini kelihatannya ditemukan oleh seorang seniman
Jerman selatan abad limabelas yang memiliki julukan Housebook Master,
di mana semua karya-karyanya menggunakan drypoint. Di antara seniman old master
print yang menggunakan teknik ini: Albrecht Dürer memproduksi 3 karya drypoint
sebelum akhirnya berhenti menggunakannya; Rembrandt sering menggunakannya, tapi
biasanya digabungkan etsa dan engraving.
8. Litografi
Litografi
adalah teknik yang ditemukan pada tahun 1798
oleh Alois Senefelder
dan didasari pada sifat kimiawi minyak dan air yang tak bisa bercampur.
Digunakan permukaan berpori, biasanya sejenis batu yang disebut limestone/batu
kapur; gambar dibuat pada permukaan batu dengan medium berminyak. Kemudian
dilakukan pengasaman , untuk mentransfer minyak ke batu, sehingga gambar
'terbakar' pada permukaan. Lalu dilapisi gum arab, bahan yang larut air, menutupi
permukaan batu yang tidak tertutupi medium gambar (yang berbasis minyak). Batu
lantas dibasahi, air akan berada pada bagian permukaan yang tidak tertutup
medium gambar berbasis minyak tadi; selanjutnya batu di-roll dengan tinta
berbasis minyak ke seluruh permukaan; karena air menolak sifat minyak pada
tinta maka tinta hanya menempel pada bagian gambar yang berminyak. Kemudian
selembar kertas lembap diletakkan pada permukaan, image/gambar ditransfer ke
kertas dengan menggunakan alat press. Teknik litografi dikenal dengan
kemampuannya menangkap gradasi halus dan
detail yang sangat kecil.
Variasi dari teknik ini adalah foto-litografi, di mana
gambar ditangkap lewat proses fotografis pada plat logam;
kemudian pencetakan dilakukan dengan cara yang sama.
9. Cetak
Saring
Cetak saring dikenal juga dengan sablon atau serigrafi
menciptakan warna padat dengan menggunakan teknik stensil.
Mula-mula seniman menggambar berkas pada selembar kertas atau plastik
(kadang-kadang dipakai juga film.) Gambar kemudian dilubangi untuk menciptakan
stensil. (Bagian yang berlubang adalah bagian yang akan diwarnai.) Sebuah screen
dibuat dari selembar kain (asalnya dulu menggunakan sutra) yang direntangkan
pada rangka kayu. Selanjutnya stensil ditempelkan pada screen. Kemudian screen
diletakkan di atas kertas kering atau kain. Tinta dituangkan di sisi dalam
screen. Sebuah rakel
dari karet digunakan untuk meratakan tinta melintasi screen, di atas stensil,
dan menuju ke kertas atau kain. Screen diangkat ketika gambar sudah ditransfer
ke kertas/kain. Tiap warna memerlukan stensil yang terpisah. Screen bisa
dipakai lagi setelah dibersihkan.
Seniman
yang menggunakan teknik ini:
Josef Albers,
Chuck Close,
Ralston Crawford,
Robert Indiana,
Roy Lichtenstein,
Julian Opie,
Robert
Rauschenberg, Bridget
Riley, Edward Ruscha,
dan Andy Warhol.
10. Cetak
Digital
Cetak digital merujuk pada image/citra yang diciptakan
dengan komputer menggunakan gambar, teknik cetak lain, foto, light pen serta
tablet, dan sebagainya. Citra tersebut bisa dicetak pada bahan yang bervariasi
termasuk pada kertas, kain atau kanvas plastik. Reproduksi warna yang akurat
merupakan kunci yang membedakan antara digital print berkualitas tinggi dengan
yang berkualitas rendah. Warna metalik (emas, perak) sulit untuk direproduksi
secara akurat karena akan memantul-balikkan sinar pada scanner digital. Cetak
digital berkualitas tinggi biasanya direproduksi dengan menggunakan file data
ber-resolusi sangat tinggi dengan printer ber-presisi tinggi.
Cetak digital bisa dicetak pada kertas printer desktop
standar dan kemudian ditransfer ke art paper tradisional (misalnya, Velin Arch
atau Stonehenge 200gsm). Salah satu cara mentransfer berkas adalah dengan meletakkan
hasil cetakan menghadap permukaan, art paper kemudian diolesi dengan
Wintergreen oil di belakang cetakan, kemudian dipress.
Sosiolog Jean
Baudrillard memiliki pengaruh besar dalam seni grafis
digital lewat teori yang diuraikannya dalam Simulacra
and Simulation.
BAB III
KESIMPULAN
Kata
grafis atau grafika berasal dari kata Graphein yang berarti menulis. Kata
graphein berasal dari bahasa Yunani. Sehingga diartikan seni grafis adalah seni
yang dihasilkan melalui proses cetak mencetak. Seni Grafis termasuk salah satu
kegiatan seni rupa yang diwujudkan dalam bentuk dwimatra dan dilaksanakan
dengan menggunakan bermacam medium, proses dan teknik cetak.
Karya
seni grafis merupakan karya yang dihasilkan melalui proses cetak yang
berlandaskan pada empat prinsip teknik cetak, yaitu : cetak tinggi, cetak
dalam, cetak datar dan cetak saring. Tiap salinan karya dikenal sebagai
'impression'. Lukisan atau drawing,
di sisi lain, menciptakan karya seni orisinil yang unik.
Cetakan
diciptakan dari permukaan sebuah bahan, yang umum digunakan adalah: plat logam,
biasanya tembaga atau seng untuk engraving atau etsa;
batu digunakan untuk litografi;
papan kayu untuk woodcut/cukil kayu.
Masih banyak lagi bahan lain yang digunakan dalam karya seni ini.
Tiap-tiap
hasil cetakan biasanya dianggap sebagai karya seni orisinil, bukan sebuah
salinan inilah keistimewaan seni grafis. Karya-karya yang dicetak dari sebuah
plat menciptakan sebuah edisi, pada masa seni rupa modern masing-masing karya
ditandatangani dan diberi nomor untuk menandai bahwa karya tersebut adalah
edisi terbatas. Misalnya 30/10, angka ini berarti cetakan ketiga dari sepuluh
edisi yang dihasilkan.
Terimakasih:)
BalasHapus